Sabtu, 06 Agustus 2005

Hi Ulil!™, Saya Masih Berada Dibelakang Ulama

Baru-baru ini, MUI (Majelis Ulama Indonesia) mengeluarkan beberapa fatwa. Banyak yang menggapi fatwa tersebut, sebagian mendukung dan sebagian menolaknya. Sebenarnya kalau dikaji, siapa yang mendukung dan menolak keputusan dari dulu tetap sama. Gerakan-gerakan sosial Islam di tanah air ini, kebanyakan masih memperhatikan fatwa MUI, meskipun yang saya sayangkan, terkadang beberapa ormas menggunakan cara-cara kekerasan. Walau tidak mayoritas, seringkali cara seperti ini malah merugikan Islam itu sendiri, karena akan membangun stigma bahwa Islam itu penuh dengan kekerasan.


Di sisi yang menolak, paling juga Ulil Abshar Abdalla dari JIL (Jaringan Islam Liberal), Dawam Raharjo dan juga beberapa organisasi yang sehaluan dengannya. Mereka sering menampilkan diri sebagai muslim yang berwawasan dan intelek, tapi bagi saya ide-ide dan pembaharuan yang mereka suguhkan tidaklah terlalu hebat. Atas nama pembaharuan, persamaan, perlindungan minoritas, budaya, perkembangan zaman, mereka berusaha menafsirkan AlQuran dan Hadits sesuai dengan fikirannya saja. Belum lama ia dipaksa minta maaf karena mengatakan fatwa MUI adalah tolol.


Di Jawa Pos Jum'at(05/08/2005) bahkan Dawam mengatakan


"MUI itu mau menang sendiri. Padahal, kebenaran yang datang dari manusia itu relatif. Termasuk dari ulama. Makanya, saya tidak setuju fatwa MUI. Kebenaran mutlak hanya pada Tuhan, bukan manusia," kata Dawam berapi-api.

Benar, Anggota MUI memang masih manusia, dan kebenaran mutlaq adalah milik Tuhan. Tetapi bisakah kita bertanya langsung kepada Tuhan ? Yang bisa kita lakukan sebenarnya bertanya kepada para Ulama, dan menelusuri ayat-ayat Al Quran dengan hati yang bersih, Ikhlas. Misalnya, apakah salah jika MUI mengatakan bahwa dari sudut pandang Islam Ahmadiyah itu sesat. Toh dengan "Ceto welo-welo" mereka telah membuat kitab sendiri, dan mengangkat nabi baru setelah nabi Muhammad.


Terus terang saya masih terlalu percaya kepada KH Sahal Mahfudz daripada Ulil dan Dawam . Kalau tentang Ulil dengan JIL nya, tidak ada hal baru yang bisa diterima, apalagi dibela. Jadi, bagaimanapun kontroversinya, saya masih berada dibelakang ulama. Toh kontroversi itu kan hanya buatan Ulil dan kawan-kawanya saja. Jadi Hi Ulil!™

3 komentar:

  1. roberto basiyo11 Agu 2005, 03.18.00

    sisi lain yang mungkin semestinya kita perhatikan dan trkankan adalah metode dan timing MUI dalam mengeluarkan fatwa tersebut. karena aku yakin pak de dawam (yang anggota persyarikatan muhammadiyah) dan om ulil (yang pengurus NU) juda tidak sealiran dengan ahmadiyah tsb.
    analisa saya, dengan keluarnya fatwa MUI (yang terlambat dan kurang initiatif serta bersifat provokatif tsb) semakin menjadikan dakwah yang kurang arif.

    salam ach edy, yok opo kabare fitra?

    BalasHapus
  2. assalammualaikum

    ehm ehm piye kabare si ulil yang usil :P

    wassalam

    BalasHapus
  3. Saya lain lagi dari pada pengakuan "Saya Masih Dibelakang Ulama" atau
    anti Ulil".
    Mereka lupa semuanya, bahwa pada awal era globalisasi ini, sejak 1.400 tahun yang lalu, masih berlaku ramalan nabi Muhammad saw. bahwa umatnya terpecah menjadi 73 firqah, Nasrani 72 firqah dan Yahudi 71 firqah.
    Islam, Nasrani, Yahudi, (termasuk kepercayaan lainya sesuai Al Baqarah (2) ayat 62, Al Maidah (5) ayat 69, Al Hajj (22) ayat 17), apapun mereka menamakannya, en toch masih dalam kondisi semua masuk neraka perpecahan itu, sesuai Al Baqarah (2) ayat 36, Yudas 1:18,19,20,21, sampai suatu ketika yang dijanjikan, sesuai Al Mu'minuun (23) ayat 53,54, Ar Ruum (30) ayat 32, kecuali yang kembali kepada nabi/rasul dan keluarganya dan para sahabatnya.
    Keluarga nabi/rasul yang artinya sesuai Ar Ra'd (13) ayat 38, Al Ahzab (33) ayat 6, rasul dan aswajan, nabi dan aswajan, sesuai Ali Imran (3) ayat 31,32,33,34, Al Fath (48) ayat 29, Ash Shaff (61) ayat 6,7,8,14.
    Jadi keluarga tingkat rasul/nabi dan sahabatpun tingkat nabi/rasul.
    Bukan arahnya kepada Siti Khadijah dan Aisyah (keluarga) dan Abubakar, Umar, Usman dan Ali (sahabat). Mereka semua itu adalah orang yang beriman kepada Muhammad sebagai nabi/rasul.
    Jadi rumusannya wajib dirubah yaitu semua nabi/rasul hanya menyampaikan Risalah Tuhan/Allah sesuai Al Maidah (5) ayat 67 (para rasul), Al An Aam (6) ayat 124,125 (Allah sendiri), Al A'raaf (7) ayat 62,60 (Nuh), 68,65,66 (Hud), 79,75 (Saleh), 93,88 (Syuaib),144,109 (Musa), Al Ahzab (33) ayat 38,39,40 (Muhammad), Al Jinn (72) ayat 23,26,27,28 (rasul yang dirido'i, tetapi anehnya penolaknya adalah pemuka agama).
    Oleh karena itu andai kata anda hari ini membawa Risalah Tuhan/Allah akan ditolak oleh At Taubah (9) ayat 97.
    Sedangkan umat beragama tidak terkecuali semuanya hanya menyampaikan risalah nabi/rasulnya saja masing-masing dan risalah pemuka-agama yang mengakibatkan sifat arbaban sesuai Ali Imran (3) ayat 80, At Taubah (9) ayat 31. Arbaban=musrik dari jalan garis lurus risalah Tuhan/Allah sesuai Al Hajj (22) ayat 31 atau shahadat tauhid ditinggalkan ketimbang shahadatain sesuai Az Zumar (39) ayat 45.
    - musrik bunuh dengan ilmu sesuai At Taubah (9) ayat 5, -musrik najis sesuai At Taubah (9) ayat 28, -musrik perangi dengan hujjah sesuai At Taubah (9) ayat 36, -musrik jangan do'akan sesuai At Taubah (9) ayat 113, -musrik tidak ampunya (untuk tidak musrik) sesuai An Nisaa (4) ayat 48,116. Nauzubillah min zalik.
    Maka penyelesaian perselisihan persepsi agama era globalisasi wajib melukiskan Risalah Tuhan/Allah sejak Adam dahulu sampai Adam yang akan datang sekarang, atau siklus dari globalisasi dahulu ke globalisasi sekarang, sesuai Al Baqarah (2) ayat 30-39 sampai Al A'raaf (7) ayat 27, Thaha (20) ayat 117. Nabi Muhammad saw. melukiskan siklus zamani ini pada syiar-syiar Allah pada baitullah dan sekitarnya disebut manasik haji makani. (ingat hadits Syu'bah): Kiamat berdiri, maka baitullah sudah tidak dikunjungi orang lagi.
    Kiamat adalah habis gelap terbitlah terang ilmu pengetahuan agama sesuai Al Qiyamah (75) ayat 6-15, Al Baqarah (2) ayat 257, Ibrahim (14) ayat 1,4.
    Apabila anda dapat melukiskan Risalah Tuhan/Allah, berarti anda akan membawa manusia kepada pembaharuan persepsi tunggal agama millennium ke-3 masehi.

    Salamun alaikum fi yaumiddin !

    BalasHapus

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)