Selasa, 12 Maret 2024

Gusti Allah Adil!

Apakah Allah adil membuat sebagian orang ditakdirkan kaya, sedang yg lain miskin? 

Harta itu tidak ada hubungannya dengan kebahagiaan. 

Allah mampu memberi kebahagiaan kepada orang miskin tanpa memberinya harta. 

Dan Allah mampu memberi kesulitan kepada orang kaya tanpa mencabut hartanya. 

Allah bisa memuliakan orang biasa tanpa memberinya mahkota raja. 

Dan Allah bisa menghinakan seorang raja meskipun dia memiliki mahkota di kepalanya 

(Ust Derry S). 

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (HR.Muslim)

-- dari statusnya Ust. Faisol Aziz di FB 

Sabtu, 24 Februari 2024

Ghazali

Saat ini, kita sebenarnya telah mengalami kemajuan yang signifikan, terutama dirasakan oleh generasi yang mengalami masa awal tahun 80-an. Pada masa itu, memiliki motor atau TV hitam putih masih dianggap sebagai tanda kekayaan yang hanya dimiliki oleh segelintir orang.

Meski demikian, hasrat manusia terhadap kemewahan terus berkobar. Meskipun pencapaian yang dulunya hanya dinikmati oleh orang kaya pada tahun 80-an kini dapat diakses oleh siapa pun, tetap saja kita merasa tidak puas. Ironisnya, hal ini mendorong kita untuk mengeksploitasi sumber daya alam dan manusia demi memuaskan keinginan kita, semata-mata untuk diakui sebagai bangsa maju.

Tidak hanya itu, dalam konteks yang lain, hal-hal yang semestinya hanya masalah selera pribadi dianggap sebagai prinsip yang tidak bisa ditawar. Sehingga, seringkali kita melibatkan diri dalam perseteruan dengan sesama hanya untuk mempertahankan apa yang kita klaim sebagai prinsip.

Ketika saya mengingat ajaran Imam Ghazali, yang kerap dianggap menghambat kemajuan karena menekankan pentingnya tidak terlalu terpukau oleh kesenangan duniawi, saya justru menyadari relevansinya. Dalam perspektif kemajuan yang sejati, ketamakan tampaknya menjadi hal yang kontraproduktif. Setidaknya, mari kita belajar untuk menggunakan sumber daya dunia dengan bijaksana, dan tidak rakus dalam mengejar dunia.

Demokrasi Terburuk Pasca Reformasi

Pemilu kali ini adalah pemilu terburuk pasca Reformasi. Tulisan ini saya buat sebagai catatan perjalanan saya, bahwa saya pernah mengalami situasi pemilu paling buruk. Pemilu 2024.

Pertama adalah keikutsertaan Presiden yang ikut campur dalam pemenangan salah satu paslon yang cawapresnya bukan kebetulan anaknya sendiri.

Ikut campur itu dilakukan dengan penggunaan infrastruktur pemerintahan, dan pengarahan bansos secara masif dengan tujuan Prabowo Gibran terpilih dalam kontestasi politik.

Kedua, permisifnya masyarakat pada money politics sehingga biaya pemilu menjadi tinggi. Hanya kaum berduit yang mempunyai peluang masuk parlemen. 

Ketiga, bahwa aktifis 98 yang sudah merasakan lezatnya kekuasaan lupa dengan idealismenya.

Nampaknya umur reformasi memang sudah tua, dan sudah saatnya harus di install ulang.