Minggu siang, saya menyaksikan acara TV, uang kaget. Seperti biasa, Helmi Yahya mengunjungi orang-orang yang tak berpunya, memberinya uang 10 juta, dan disuruhnya belanja selama setengah jam.
Siang itu, saya melihat keluarga yang sangat miskin, atap rumah sudah banyak yang bolong. Dinding rumah yang hanya terdiri dari anyaman bambu tak berbeda keadaannya. Rumah seadanya itu, dihuni oleh empat orang. Seorang nenek yang sudah tua, seorang ibu muda, dan Ayahnya. Juga seorang anak kecil. Ibu muda itu, dengan gurat penderitaannya, lantas bercerita : umurnya 28 tahun, dan anak anaknya seumur kelas satu SD. Suaminya meninggal disambar petir saat melaut. Dan sekarang ayahnyalah yang bekerja membanting tulang untuk bekerja. Ia sendiri tidak bekerja. Bekerja dimana ? mau ke Jakarta kasihan anaknya yang masih kecil, mau berdagang nggak ada modal. Saat ia menerima uang 10 Juta ia menangis terharu.
Tak terasa, airmata saya meleleh perlahan. saya kasihan dan sangat terharu.
Disisi lain kehidupan ini, memang banyak orang yang tidak beruntung. Bahkan ada, yang sejak kecil sampai tua, tak pernah merasakan yang namanya hidup enak. Uang lima, sepuluh ribu yang kalau bagi kita hanyalah sekali makan, tapi bagi mereka cukup untuk makan empat orang selama dua hari.
Sebagai orang yang berakal, tentunya harus ada bersitan dalam hati kita, agar kita mempunyai peran terhadap mereka. Membagi rizki kita dengan mereka, atau yang lebih besar adalah berfikir, bagaimana bisa membangun sistem pengentasan kemiskinan.
Melihat mereka, sepertinya keluh kesah kita selama ini menjadi tidak relevan, dan yang relevan adalah sebuah kata dalam alQur'an, fabiayyi aalaa irabbikuma tukaddziban, Maka ni'mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?
achedy@
Entah kenapa ya Ed, aku merasa masih ada yang kurang dengan acara reality show bertemakan sosial seperti uang kaget, tolong dan sebagainya. Meskipun aku lebih respek dibandingkan reality show yang lain.
BalasHapusAku pernah baca tulisan Aries, temanku di sebuah milis yang berjudul "Berhenti Menjadi Pengemis". Dia kagum kepada temannya yang bernama Diding. Ceritanya begini .....(bersambung)
Ceritanya begini.....
BalasHapusSaat temanku berjalan-jalan dengan Diding ada seorang ibu-ibu yang meminta-minta. Saat temanku mau memberi uang recehan kepada ibu tadi Diding mencegahnya. Lalu Diding merogoh uang seribuan dan seratus ribuan dari kantongnya dan berkata kepada ibu tadi. "Ibu pilih yang mana seribu atau seratus ribu" kontan ibu tadi memilih yang seratus ribu. Diding lalu berkata, "Kalo ibu memilih seratus ribu, ibu harus mengembalikannya, tetapi jika seribu tidak usah"
Artinya Diding meminjamin ibu tadi seratus ribu dan harus dikembalikan dengan jangka waktu tertentu. Setelah berfikir agak lama ibu tadi memilih yang seratus ribu. Diding bersama temanku pergi ke rumah ibu tadi yang memang tidak terlau jauh. Ternyata ibu tadi mempunyai keahlian membuat gadi-gado. Akhirnya uang seratus ribu digunakan ibu untuk dibuat modal menjaul gado-gado.
Setiap hari temanku dan Diding selalu mengunjungi ibu tadi, sambil mengisi perut dengan gado-gado, Diding juga memberikan arahan pengembangan usaha ibu.
Dalam waktu tiga bulan, lebih awal dari waktu yang disepakati ibu tadi mengembalikan uang seratus ribu kepada Diding sambil mengucapkab terima kasih yang tanpa terkira karena telang mengangkat martabatnya.
Diding tersenyum dan tanpa sadar air matanya menetes, bukan karena keberhasilan ibu saja tetapi lebih karena dengan uang seratus ribu yang dikembalikan ibu tadi ada peluang seorang lagi untuk dibantu.
Begitu Ed ceritanya....
Tapi memang sulit membuat konsep acara yang seperti itu, apalagi di TV dan dalam format reality show.