Jumat, 29 Oktober 2004

Khusyuk dan Syukur

Mungkin sulit juga mengerti antara hubungan khusyuk dan syukur. Namun saat lalu, ketika saya mendengarkan sebuah acara menjelang berbuka puasa, saya menemukan sebuah hubungan antara khusyuk dan syukur.


Dalam sebuah acara di Televisi itu, seorang peserta bertanya ke Ustadz Ihsan Tanjung. Ustadz, bagaimana agar sholat bisa khusyu' ?. Bisa menghayati "dialog-dialognya" dengan Allah ?


Beliau lantas memberikan ilustrasi tentang sepengggal perilaku nabi. Suatu hari, nabi SAW sholat dengan sangat khusyu dan sangat lama. Dan paginya didapatinya kaki beliau yang bengkak-bengkak lantaran terlalu lama berdiri. Istri beliau, bunda Aisyah ra lantas bertanya, mengapa sampai berlama-lama begitu, sampai kakipun bengkak, bukankah nabi sudah mendapat jaminan keampunan dosa dari Allah SWT. Bukankan ini sebuah alasan cukup untuk tidak sampai berlama-lama hingga kakipun bengkak ? Lantas nabi balik bertanya, dengan fasilitas seperti itu, salahkah jika aku menjadi orang yang bersyukur ?


Lantas di simpulkan bahwa khusyuk itu ternyata hanya akan dicapai oleh orang yang bersyukur. Syukur memang akan menyebabkan hati kita terikat erat dengan Allah, karena dengan memahami dan merasai syukur, maka kita menjadi lapang, penuh harap dan ridha pada pemberiannya. Dan nampaknya kesyukuran kita itulah yang membuat kita mempunyai energi untuk bisa kusyuk. Kita telah diberi banyak nikmat oleh Allah, yang kalau kita menghitungnya niscaya tidak akan pernah bisa selesai.Dan mudah-mudahan modal syukur inilah yang seharusnya saya gunakan untuk bisa lebih khusyuk ketika menghadapNya.


achedy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)