Dalam saya belajar Agama, ada beberapa prinsip yang sampai sekarang saya pegang, yang saya berharap mudah2an prinsip2 itu bisa tetap menempatkan saya di jalan yang lurus sampai akhir hayat nanti.
Mengapa saya harus menggunakan prinsip, tak lain adalah karena banyak orang yang dianggap ustadz, buya, guru atau apapun itu, membawa agama ini jauh dari kaidah utama agama itu sendiri.
Prinsip saya pertama, bacalah Al Quran dengan maknanya. Karena Al Quran adalah sumber rujukan agama tertinggi. Dan apabila mendapati sesuatu yang kita anggap janggal pada pikiran kita, maka bacalah tafsir yang muktabar. Kebetulan rujukan utama saya adalah Tafsir Ibnu Katsir.
Bacalah hadits, terutama yang terverifikasi sahih, seperti sahih bukhari dan sahih muslim, dan apabila ada sesuatu janggal dalam pikiran kita, carilah referensi penjelasan tentang hal itu.
Bacalah shirah Nabawiyah dan sejarah. Karena era Rasulullah, sahabat dan tabiin adalah era terbaik yang bisa kita jadikan referensi.
Baca kitab-kitab yang dikarang ulama muktabar yang diakui keulamaannya oleh mayoritas muslim sepanjang waktu.
Jika kita membaca buku, cari tahu biografi singkat pengarangnya, kalau perlu penerjemahnya dan penerbitnya.
Studi Kasus
Di akhir-akhir ini ada seorang doktor, buya pula, yang konon kabarnya ahli hadits, pandai ilmunya.
Namun dia mengatakan gurunya adalah seorang wali ghauts yang bisa bertemu Nabi Muhammad dan Nabi Khidir serta Syaikh Abdul Qadir Jailani. Menerima pendaftaran wali dan bisa tahu nama Ruh.
Apa itu perlu diikuti apa dicuekin?
Kalau kita menggunakan kaidah2 diatas sudah jelas kita cuekin.
Saya juga menyukai tasawuf, namun kalau ada orang yang mengaku secara langsung ketemu Nabi Muhammad setelah meninggalnya beliau, bertemu Nabi Khidir dan orang-orang yang sudah meninggal. Ilmunya langsung saya tolak.
Tidak ada orang yang lebih alim dan lebih wali daripada sayyidina Abu Bakar, Umar, Usman, Ali. Dan orang2 yang mengaku mempunyai kelebihan dalam hal agama yang seakan melebihi kapasitas para sahabat, akan saya tolak ilmunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)