Minggu, 01 September 2019

Untuk Apa Kita Belajar

Dulu ada yang pernah mengatakan belajar bukan untuk mencari nilai tapi belajar untuk pintar. Namun kata-kata itu sulit untuk saya pahami karena faktanya bagi yang nilainya tidak baik, maka dia tidak lulus dan itu adalah satu hal yang sangat memalukan. Maka akhirnya, belajar karena nilai itu sangat penting.

Dan dimulailah era dimana orang belajar sekedar untuk mencari nilai a atau b, 80 90 atau 100. Dan era itu adalah era pendidikan formal.

Maka di masa-masa itu, saya belajar, dan saya mendapatkan nilai yang baik namun saya tidak memperoleh ilmu dari apa yang saya pelajari, atau saya tidak memperoleh inspirasi dari apa yang saya pelajari.

Itulah kelemahan yang dihasilkan oleh sistem pendidikan formal pada saat ini (SD-SMA), karena itu saya tidak terlalu menuntut anak saya memperoleh nilai yang baik. Materi-materi yang dijarkan bukan materi pelajaran yang bisa digunakan untuk hidup dan materi yang diminati siswa, namun materi yang sangat umum yang pada akhirnya nanti mungkin tidak ada 10%-nya yang digunakan.

Sebenarnya sayang waktu panjang untuk belajar dipendidikan menengah itu, jika faktanya hanya menghasilkan sesuatu yang tidak berguna.

Pendidikan tentang kewirausahaan, budi pekerti, dan ketrampilan yang mestinya mendapatkan proporsi besar malah hanya dijadikan sambilan dengan prioritas tidak penting. bahkan di beberapa sekolah tidak ada .

Saya menyekolahkan anak saya di SMP Negri, namun bagi saya sekolah di tempat ini  hanyalah mengajarinya untuk berinteraksi dengan sesamanya. Saya malah menyuruhnya untuk aktif di dalam kegiatan-kegiatan sekolah seperti OSIS maupun Pramuka.

Saya baru merasakan nikmatnya ilmu ketika saya belajar secara mandiri di luar sekolah dan kampus.

Saya cukup banyak menyisihkan waktu untuk membaca dan belajar dalam bidang agama sejarah maupun teknologi, dan saya sangat menikmatinya.

Saya membaca buku yang berjudul inovator, dan mendapati seseorang yang bernama Ada belajar kalkulus diferensial dan yang lain benar-benar untuk mengetahui apa dan bagaimana cara menggunakannya. Lalu dia menjadi pelopor pertama di dalam bidang komputer.

Beberapa ilmuwan yang kita kenal seperti Al Khawarizmi, Edison, Tesla, mereka belajar untuk mencari temuan-temuan baru yang berguna bagi ummat manusia, bukan untuk mendapatkan sesuatu yang keluar dari kerangka ilmu itu.

Saya juga mendapati beberapa ulama seperti Imam Dzahabi, Imam Ath Thobari, Ibnu Qoyyim, Ibnu Katsir dan lain-lain, mereka mencari ilmu dari waktu ke waktu, dari kitab ke kitab, dari tempat ke tempat, dari guru ke guru, sekedar untuk mendapatkan ilmu.

Dan pada saat inilah saya baru memahami ungkapan belajar untuk mencari ilmu dan bukan untuk mencari nilai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)