Selasa, 10 September 2019

Ajaran Agama dan Benang Merah-nya

Kita mengenal di dalam agama ini banyak sekali ajaran hidup. Kalau dikumpulkan kadang-kadang didapati ajaran yang satu seakan-akan berseberangan dengan ajaran yang lain. Mengapa ini terjadi? Apakah ajaran-ajaran ini memang saling bertolak belakang?

Tidak. Sebetulnya bukan bertolak belakang. Tetapi karena kita tidak bisa menggunakan ajaran-ajaran ini dengan benar.

Sebagai contoh, seorang prajurit mempunyai beberapa keahlian seperti menggunakan pedang, tombak, keris, panah, keahlian menunggang kuda, dan sebagainya. Namun Apakah kita bisa mengatakan keahlian yang satu lebih baik dari keahlian yang lain? Maka kita dapatkan bahwa kebaikan sebuah teknik tergantung dalam keadaan apa dia digunakan.

Seseorang dengan ekonomi yang baik, maka lebih baik dia bersyukur sementara seseorang dengan ekonomi yang kurang baik, maka bersabar adalah cara bersikap yang baik.

Seseorang dengan tingkat ekonomi yang baik maka ibadah yang baik baginya adalah ibadah umroh dan haji serta bersedekah. Namun bagi orang yang tingkat ekonominya kurang baik maka jenis ibadah seperti shalat, puasa, berdzikir, dan aktif dalam lingkungannya, menjadi alternatif ibadah yang baik baginya.

Maka ketika seorang laki-laki mendatangi Nabi SAW kemudian meminta izin (kepada beliau SAW) untuk berjihad. Beliau SAW pun bertanya, "Apakah kedua orang tuamu masih hidup?" Laki-laki itu menjawab, "Ya." Nabi SAW bersabda, "Maka, kepada keduanya itulah kamu berjihad."

Itulah mengapa ajaran agama itu harus dipelajari bersamaan dengan cara menggunakannya.

Beberapa perdebatan bahkan perselisihan dalam agama, sering disebabkan seseorang menguasai bidang-bidang dalam ilmu agama, namun tidak disertai pengetahuan tentang kerangka besarnya.

Kemampuan seseorang pada tahsin dan tahfidz Al-Quran, pada Fiqih, pada Hadist, kemampuan berbahasa Arab, sesungguhnya tidak bisa berdiri sendiri.

Maka seseorang harus terus belajar untuk semakin menyempurnakan pemahamannya pada kerangka agama ini, agar tidak salah paham. Bisa jadi seseorang belajar agama namun malah tidak membuat  menjadi lebih baik, karena tidak memahami kerangka dasarnya.

Maka ilmu-ilmu yang mendasari amal, seperti fiqhud dakwah, maqashid syariah, fiqhul ikhtilaf, fiqh prioritas, shirah menjadi bagian penting dari cara memahami agama ini secara lebih menyeluruh.

Wallahu alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)