Rabu, 14 Oktober 2009

Sistem Kalender (Pengantar)

Almanak Masehi Hijriah Jawa

Adanya perbedaan dalam penentuan tanggal 1 Syawal dalam beberapa waktu terakhir memang menarik minat saya untuk mempelajari lebih banyak tentang kalender. Dan kemudian, karena kalender Islam berbasis pada revolusi bulan terhadap bumi, maka kemudian saya belajar sedikit tentang astronomi. Meskipun tak teramat mendalam paling tidak rasa penasaran sudah terjawab.

Beberapa pertanyaan yang dulu memenuhi kepala saya itu antara lain :

  1. Mengapa ada rukyat dan hisab
  2. Mengapa sesama pengguna hisab terjadi perbedaan ?
  3. Mengapa antara kalender Hijriah dan Jawa yang semuanya menggunakan referensi revolusi bulan terhadap bumi terkadang berselisih ?
  4. Mengapa ada aliran aboge yang hari rayanya mesti terlambat ?

Saya awali pencarian saya lewat internet, ebooks, peraga, perangkat lunak, bahkan belajar langsung ke bapak saya untuk urusan penghitungan kalender Jawa. Dengan sedikit pengetahuan itu saya bisa memprediksi bahwa 1 Syawal 1430 H akan bersamaan. Saya juga mengerti alasan-alasan mengapa ada sedikit orang yang melaksanakan Hari Raya diluar tanggal yang disepakati kebanyakan orang.

Banyak sekali metode pembuatan kalender di dunia ini. Sebagai saya kutip dari WIKIPEDIA :

  1. Kalender Gregorian
  2. kalender yahudi
  3. kalender rum
  4. kalender kibti
  5. kalender hijri samsi
  6. Kalender Hijriyah
  7. Kalender Jawa
  8. Kalender Julian
  9. Kalender Masehi
  10. Kalender Revolusi Perancis
  11. Kalender Saka
  12. Kalender Tionghoa

Namun yang nanti kita bahas hanya seputar kalender Hijriah dan Jawa, karena kedua kalender itu masih sering saya gunakan dalam kehidupan. Sedangkan Kalender Masehi saya kira tak terlalu banyak yang diperbincangkan karena sudah sering kita gunakan dalam banyak aktifitas kita dan sudah tidak ada perbedaan lagi dalam penetapannya.

Secara Umum, kalender didasarkan Matahari (Solar / Syamsiyah), Bulan (Lunar / Qomariyah), dan ada yang merupakan gabungan keduanya. Kalender Masehi menggunakan pendekatan Solar, sedangkan yang menggunakan pendekatan Lunar adalah kalender Hijriah dan Jawa. Untuk pergantian tanggal, kalender Masehi menggunakan waktu tengah malam, sedangkan pada penanggalan Hijirah dan Jawa menggunakan waktu Maghrib, saat pergantian siang dan malam.

Metode Penghitungan Kalender

Dalam penghitungannya diantara kalender itu ada yang menggunakan metode astronomis dan ada yang matematis.

Penanggalan Metode Astronomis didasarkan pada posisi benda langit saat itu. Sebagai contoh penanggalan Hijriah. Untuk menentukan tanggal satu kita harus melihat bulan sabit. Dan karena lamanya bulan mengelilingi bumi 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik, maka akibatnya jumlah hari dalam sebuah bulan pada penaggalan Hijriah menjadi tidak tentu, kadang 29 dan kadang 30. Karena perputaran benda langit bisa dihitung, maka saat ini dengan penghitungan kita bisa menentukan berapa hari jumlah bulan pada bulan dan tahun tertentu. Namun penghitungannya tidak sesederhana kalender yang menggunakan penghitungan matematis.

Pada Metoda Matematis, penanggalan tetap menggunakan pendekatan perputaran benda-benda langit, namun menggunakan rusmus yang sederhana. Jumlah hari dalam sebulan ditentukan banyaknya. Namun, karena jumlah hari dalam setahun astronomis tidak bulat, maka pecahan-pecahan itu kemudian dikumpulkan dan ditambahkan menjadi 1 hari di tahun kabisat. Selain kalender Masehi, kalender Jawa juga menggunakan cara seperti ini. Jumlah hari dalam satu tahun sudah ditetapkan jumlahnya, sedangkan selisih hari dalam satu tahun itu dikumpulkan dan ditambahkan dalam tahun kabisat.

Berikut jumlah hari dalam bulan-bulan Jawa :

  1. Suro 30 hari
  2. Sapar 29 hari
  3. Mulud 30 hari
  4. Bakda Mulud 29 hari
  5. Jumadilawal 30 hari
  6. Jumadilakir 29 hari
  7. Rejeb 30 hari
  8. Ruwah 29 hari
  9. Pasa 30 hari
  10. Bada / Sawal 29 hari
  11. Selo 30 hari
  12. Besar 29 hari atau 30 untuk tahun kabisat.

Tahun Ehe, Je, dan Jimakir kalender Jawa ditetapkan sebagai tahun kabisat

Dari sana kita tahu mengapa Kalender HIjriah dan Jawa terkadang sama dan terkadang selisih satu hari.

Bersambung .....

*) Sebagian isi tulisan ini merujuk pada Tulisan Irfan Anshori, Direktur "Ganesha Operation" Bandung.

Technorati : ,

2 komentar:

  1. kan dikalender ada yang di sebut malam kliwon dan seterusnya, yang menjadi petanyaan saya :bagaimana tata cara menentukannya? menurut anda!

    BalasHapus
  2. @eben : itu ada seri tulisan selanjutnya. Ikuti saja blog ini :D

    BalasHapus

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)