Kamis, 17 Agustus 2017

Dirgahayu Kemerdekaan RI

Hari ini, 17 Agustus 2017.  Berarti sampai hari ini kita sudah memperingati 72 kali. Angka 72 adalah sesuatu. Angka 72 adalah umur satu generasi.

Diangka ini harusnya kita banyak merenung, melakukan instrospeksi, apa yang telah dicapai bangsa ini. Apa di usia yang sudah mencapai 70+ ini rakyat Indonesia semakin berdaya, atau semakin terjajah.

Dulu, sebuah entitas yang menjajah sebuah bangsa memang harus datang secara fisik, karena yang namanya sumber daya itu memang fisik. Namun sekarang dunia sudah berubah, dunia bergerak dari vertikal menjadi horisontal, dari kawulo-ndoro menjadi setara, dari berbasis nyata ke berbasis maya.

Harta kekayaan yang dulu kumpulan emas dan perak, sawah dan ladang menjadi sebatas angka-angka. Era keterbukaan ekonomi dan informasi tak bisa ditangkis dengan sistem pertahanan senjata.

Jika kita tidak siap, dan mengukur arti sebuah kemerdekaan hanya dari terusirnya Belanda dari Indonesia, maka kita pasti hanya akan berhenti dalam romantisme masa lalu. Bahwa sekarang ada serangan dengan gaya milenial, kita tidak menyadarinya.

Saya kadang merenung, sekarang ini dimana titik keberdayaan kita, ketika

  1. Dasar pembangunan kita berangkat dari hutang, bukan dari kemandirian.
  2. Dasar pengentasan kemiskinan kita hanya dengan membagi uang, bukan mengentaskan. 
  3. Barang High-Tech kita ambil dari Jepang, Korea, dan Belanda
  4. Barang Low-Tech kita ambil dari Cina.
  5. Teknologi Informasi kita, Google, Youtube, Twitter, Facebook, WA, Telegram semuanya dari Amerika.
  6. Kota Jakarta dengan pulau Reklamasi dan Bekasi dengan Meikartanya, yang ternyata bukan dari dan untuk kita.
Anak-anak bangsa yang ingin berkarya, belum mendapatkan perlindungan yang memadahi. Dasep Ahmadi masih berjuang melawan berbagai tuduhan, Ricky Elson belum tahu buat apa riset yang dilakukannya, Warsito harus menutup kliniknya.

Kita hanya menyaksikan jalan-jalan kecil dibangun dengan dana desa yang entah apakah memang benar-benar bisa meningkatkan taraf ekonomi Rakyat?

Untungnya masih ada anak-anak yang punya mimpi. Setidaknya, Tokopedia, Bukalapak, Gojek, Grab adalah hasil karya anak-anak muda yang membuat kita bangga.

Hari ini di tepat 72 tahun dari puncak kemerdekaan Indonesia, saya berdiri di sudut ruang dan mengutuki diri saya sendiri, karena selama ini saya hanya menuntut orang lain berbuat untuk bangsa, sedangkan saya belum pernah menghasilkan karya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)