Kamis, 16 Juni 2016

Kualitas Puasa Saya



Suatu saat, di Surabaya yang terik, pada Ramadhan entah tahun berapa, saya ada kepentingan untuk membeli barang di Jembatan Merah. Dengan budget terbatas, maka saya memutuskan untuk naik angkot saja.

Surabaya memang panas. Saya sampai membeli termometer untuk menjawab rasa penasaran saya, berapa suhu ruangan di rumah saya yang tanpa AC itu. Bukan bualan, 32 Celcius. Itu dalam ruang bukan di panas terik luar sana.

Seperempat jam menunggu angkot, lalu datanglah, dan dibawalah saya menuju Jembatan Merah.

Dulu tidak ada Gojek, yang membawa penumpang langsung ke tujuan lewat rute terdekat,yang ada angkot yang berusaha mengakomodasi semua jalur ke Jembatan Merah.

Gebang Putih – Manyar Kertoadi – Kertajaya Indah – Dharmahusada – Karang Menjangan – RS. Dr. Soetomo – Kedung Sroko – Pacar Keling – Kalasan – Jolotundo – Bronggalan – Krampung – Tambaksari – Ambengan – Kusuma Bangsa – Kalianyar – Jagalan – Pasae Besar – Bubutan – Indrapura – Rajawali – JMP. Muter-muter ora karuan. Yang agak menyebalkan, kadang ngetem karena pengin tambahan penumpang. Resiko orang kecil.

Penumpang bertambah sesak, ditambah panas yang terik, ditambah panasnya mesin, dan ruangan angkot yang sempit semakin menambah penderitaan. Keringat mengalir bercucuran.

Sampai di Jembatan Merah berjalan kesana kemari cari barang, lalu pulang kembali naik angkot dengan suasana yang tak berubah.

Saya klenger, haus, haus, hauuuuus. Setelah asar saya tidur dengan pulas sampai menjelang Maghrib. Capek bener perjalanan hari ini....

Lalu saya membandingkan antara puasa saya dengan orang-orang kecil semacam sopir angkot, tukang guluk, tukang batu dan orang-orang yang bekerja dibawah terik.

Waktu itu saya bekerja seharian dalam AC yang dingin, udara yang nyaman. Saya tak kekurangan cairan.  Saya juga lebih bisa menjaga dari hal-hal yang mengurangi pahala puasa.

Sementara mereka berpuasa dalam kejamnya alam, ganasnya terik matahari dan tantangan lain yang tidak mudah.

Sesekali mungkin kita perlu membuat tantangan  dengan ikut bekerja bersama mereka biar kita merasakan betapa beratnya.

Jika mereka berpuasa, maka puasa mereka pasti jauh lebih baik, jika mereka tidak berpuasa, maka saya tidak berani menghakimi, hanya mereka dan Tuhan yang berhak menentukan antara kuat dan tidak kuat.

Benar kata orang bijak, kehidupan memberi kita banyak pelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)