Senin, 06 Juli 2015

Berserah Diri

Mungkin kamu pernah merasakan bagaimana rasanya gagal. Pedih dan perih. Kamu mengurung di kamar, wajahmu kusut, pandanganmu menerawang, jiwamu galau. Sesuatu yang sudah kamu rencanakan baik-baik gagal total.

Memang hanya ada dua capaian dalam hidup, kalau tidak berhasil ya gagal, meskipun tingkat keberhasilan dan kegagalan juga bertingkat-tingkat.

Meskipun kita bisa mengidentifikasi banyak variabel untuk mencapai sesuatu, namun yang tidak bisa kita identifikasi lebih banyak dari banyak.

Saya pernah bertemu seseorang dalam perjalanan kereta dari Surabaya. Orang ini mengatakan merintis kembali bisnis peternakan ayamnya. Orang Blitar ini dulu peternak sukses. Tidak ada merek mobil yang tidak pernah dicobanya. Tahun 1998 krisis ekonomi melanda, dan dia jatuh kepada kebangkrutan. Harga  ayam jatuh, harga pakan ternak melambung ke langit. Dia berkata kepada saya, dulu saya pernah mempunyai semua merek mobil, dan ketika jatuh, motor yang paling jelekpun tidak punya. Tragis.

Ketika Lapindo Brantas mengebor bumi Sidoarjo, saya kita tidak pernah terbayangkan bahwa yang keluar adalah lumpur dan meluluhlantakkan keuangan mereka. Ini adalah variabel tak terduga, tak terbayang dalam benak siapapun.

Maka dalam setiap usaha kamu hanya perlu bekerja keras, berharap usahamu berhasil, sambil berdoa mudah-mudahan Tuhan membantumu dengan mendekatkanmu pada keberhasilan dan menjauhkanmu dari variabel pengganggu.

Kamu harus tahu, kerja keras ini adalah syarat dari tawakal. Kamu tidur-tiduran lalu kamu gagal, itu bukan hasil hasil berserah diri, namun karena salahmu sendiri.

Suatu saat Nabi Muhammad melihat ada sahabat yang membiarkan ontanya berkeliaran. Lalu ditanya orang ini, apakah kamu tidak takut ontamu hilang?. Tidak, karena saya bertawakal. Lalu dikatakan, ikat ontamu baru tawakal.

Maka kewajiban kita sebagai manusia adalah. Kerja keras-kerasnya, sebaik-baiknya, sesempurna-sempurnanya, setepat-tepatnya, seteliti-telitinya. Setelah itu kita berserah diri kepada Tuhan, dan berprasangka bahwa Tuhan pasti akan memberikan hasil terbaik.

Hasil terbaik kadang tidak sama dengan yang kamu kehendaki. Ada orang sedih karena terlambat naik pesawat, namun kemudian gembira ketika mengetahui bahwa dia tidak jadi celaka karena pesawat tadi jatuh kelaut.

Bekerja sebaik-baiknya, lalu kita berserah diri kepada pencipta, dan menunggu keputusan terbaiknya.

“Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya” [Al Anfaal 51]

“Azab yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan bahwasanya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Nya.” [Ali ‘Imran 182]

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” [Asy Syuura 30]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)