Ekspedisi Kawah Ijen

Sabtu lalu, saat rekan-rekan bereforia pesta Bloger, di sebuah kota nan hiruk pikuk yang bernama Jakarta, saya bersama beberapa rekan kantor memilih pergi ke sebuah puncak gunung nan sepi. Kawah Ijen di Bondowoso-Banyuwangi. Beberapa literatur menyebutkan kawah ijen adalah puncak Gunung Ijen, namun penduduk yang saya temui mengatakan bahwa itu Gunung Raung.

Jauh. Dengan mengendarai mobil kami berangkat dari Surabaya jam 10 malam, namun sampai kaki gunung sudah hampir jam 6 pagi. Lamanya perjalanan membuat kami hampir putus asa. Tak menyangka tempatnya akan sejauh itu.

Dari Bondowoso kami melewati jalan terjal berliku hingga mencapai hutan lebat gung liwang liwung tempat bersemayamnya Buto Cakil yang kami menyangka sudah tidak ada kampung setelahnya. Ternyata masih ada. Kemudian lewat lagi kami pada hutan dan ketemu lagi perkampungan. Begitu beberapa kali.

Meski di tengah hutan namun jalan kesana beraspal. Tapi jangan ditanya bagaimana kondisinya. Suatu saat kami menemukan jalan yang sudah berantakan aspalnya hingga kami mengatakan bahwa sudah habis aspal setelah ini. Semua aspal dan batunya terlepas bertebaran kemana-mana. Mobil naik turun. Kalau dia manusia pasti dia sudah berteriak-teriak memaki orang yang menyuruhnya lewat kesana. Namun setelah itu, masih ditengah hutan gung liwang liwung kami menemukan lagi jalan aspal yang mulus, seperti jalan di California. Begitu berulang beberapa kali.

Sebenarnya saya ingin sekali membuat tulisan tentang ini. Namun ternyata orang ini dan situs ini sudah bercerita panjang lebar seakan-akan semua data yang telah saya kumpulkan sudah tidak ada gunanya.

Hingga akhirnya saya hanya menulis sekelumit cerita sebagai prasasti bahwa sang ksatria pernah menjejakkan kaki di kawah gunung yang dahsyat itu.