Sabtu, 04 Maret 2006

Adakah Dasar Sunnah untuk Memboikot Denmark?

Tadi ada sebuah posting tentang persoalan boikot dari mas Candra Kurniawan di milis muslimblog. Posting ini sekiranya bisa menjawab keragu-raguan tentang persoalan boikot. Artikel diambil dari rubrik Ustadz menjawab di eramuslim.com. Mudah-mudahan artikel ini membantu kita memahami persoalan. Artikel ini sekaligus menjelaskan secara syari terhadap diskusi boikot beberapa waktu yg lalu, yg karena keterbatasan pengetahuan, tinjauan syarinya sangat dangkal. Posting ini mungkin bisa saya jadikan rujukan informasi, karena pertanyaan seperti ini termasuk pertanyaan yang sering muncul.

Artikel ini bukanlah untuk menambah polemik, tetapi untuk menampilkan pendapat seorang ustadz yang secara keilmuan tentu lebih baik daripada saya yang hanya mengenyam pendidikan teknik ini.


Pertanyaan
Assalamualaikum Wr. Wb.


Sebagaimana kita tahu bahwa seruan para ulama di dunia Islam untuk memboikot produk Denmark yang telah melecehkan Nabi Muhammad dengan kartun. Sikap seperti ini, adakah dasar yang kuat dari sunnah dan manhaj salaf? Bukankah Islam mengajarkan untuk melakukan silaturrahim?


Jazakallah...


Wassalamualaikum Wr. Wb.


Ustadzi Ridwan


Jawaban


Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Para ulama memang menyerukan kepada umat Islam untuk memboikot produk Denmark dan negara-negara yang terlibat penghinaan nabi Muhammad SAW. Kebijakan ini adalah reaksi paling wajar dan mulia yang bisa kita lakukan, sekaligus paling hemat dan ringan, dibandingkan dengan fatwa mati atau penghalalan darah pelukisnya.


Adapun landasan sunnahnya, sangat banyak terjadi di masa nubuwah, di mana Rasulullah SAW pernah melakukan pemboikotan kepada lawan-lawannya yang memeranginya, sebagaimana beliau SAW pun pernah mengalami pemobikotan serupa sebelumnya.


1. Pemboikotan Bani Nadhir


Ketika kelompok-kelompok Yahudi di Madinah mulai mengkhianati Piagam Madinah yang sebelumnya telah mereka sepakati, Rasulullah SAW pun memerangi mereka dengan berbagai cara. Salah satunya dengan melakukan pengepungan atas mereka dan memboikot pasokan logistik. Inilah yang dilakukan kepada Yahudi Bani Nadhir.


Awalnya rencana busuk mereka untuk membunuh Rasulullah SAW ketahuan, sehingga beliau mengultimatum agar Yahudi Bani Nadhir pergi dar sekitar Madinah. Namun karena tokoh munafikin Abdullah bin Salul menjanjikan bantuan serta memompakan semangat mereka, mereka pun berani menentang dan menantang kaum muslimin. Sehingga Rasulullah SAW bergerak menuju perkampungan mereka dan mengepungnya selama 5 hari. Selama itu, orang-orang yahudi tidak mendapatkan pasokan logistik, bahkan Rasulullah SAW menebang pohon-pohon kurma mereka. Hal ini dibenarkan Allah SWT di dalam Al-Quran:


Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma atau yang kamu biarkan berdiri di atas pokoknya, maka adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik.(QS. Al-Hasyr: 5)


2. Pemboikotan oleh Tsumamah


Ketika Tsumamah bin Atsal pemimpin Yamamah masuk Islam, beliau berjanji kepada Rasulullah SAW untuk tidak akan membiarkan lewatnya barang-barang perdagangan milik Quraisy di daerahnya, kecuali atas izin dari Rasulullah SAW. Ucapannya Tusmamah yang terkenal dan diabadikan di dalam dua kitab tershahih setelah Al-Quran adalah:


Tidak sebutir pun gandum yang akan datang dari Yamamah kecuali Nabi SAW mengizinkannya. (HR. Bukhari dan Muslim)


Apa yang dilakukan oleh Tsumamah di Yamamah ini sangat memberatkan perekonomian Qurasiy Makkah, sebab boleh dibilang urat nadi kehidupan mereka hanya mengandalkan dari perdagangan. Kalau sampai jalur-jalur perdagangan mereka diboikot, artinya mereka tinggal menunggu ajal dan menghitung hari.


Barulah setelah tokokh Quraisy bernegosiasi ke Madinah dan mohon keringanan kepada Rasulullah SAW, akhirnya beliau memerintahkan kepada Tsumamah untuk membuka kembali jalur perdagangan milik Quriasy. Namun tentu setelah menyelesaikan banyak perjanjian yang menguntungkan di pihak muslimin.


3. Pencegatan Kafilah Dagang Quraisy dari Syam


Di antara penyebab utama terjadinya perang Badar adalah karena sariyah yang dilancarkan oleh Rasulullah SAW kepada kafilah dagang Quraisy. Kafilah itu membawa keuntungan dansarat komoditi untuk Makkah, akan lewat dekat Madinah dari perjalanan perdagangan dari Syam. Rasulullah SAW mengutus 313 orang dengan senjata seadanya untuk mencegat kafilah dagang itu.


Mengingat harta benda kaum muslimin yang telah hijrah ke Madinah telah sebelumnya dirampas oleh Musyrikin Makkah. Kini tiba giliran kaum muslimin melakukan pencegatan dan pengambil kembali apa yang sesungguhnya milik mereka.


Inilah awal mula sejarah ghazawat (peperangan) nabi SAW di dalam sejarah Islam. Yaitu setelah turunnya ayat dari langit yang membolehkan mereka berperang angkat senjata melawan kezhaliman musuh.


Telah diizinkan bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah." Dan sekiranya Allah tiada menolak sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong -Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa,(QS. Al-Hajj: 39-40)


Terhitung semenjak perang Badar Kubra pada tahun ke-2 hijriyah, otomatis salah satu urat nadi perdangan Qurasy ke Syam menjadi sangat terganggu. Dan ini tentu menguntungkan pihak muslimin dan melemahkan salah satu sendiri kekuatan perekonomian kafir musyrikin Quraisy. Sebabuntuk mencapainegeri Syam dari Makkah, mau tidak mau harus melewati wilayah sekitar kota Madinah.


Dari tiga peristiwa ini, bisa kita simpulkan bahwa metode pemboikotan adalah salah satu wasilah (metode) peperangan yang sangat efektif dilakukan untuk menekan dan melemahkan energi lawan. Ibarat tubuh manusia, bila urat nadinya diputus, maka cepat atau lambat nyawanya pun akan terancam.


Memboikot perekonomian orang-orang yang memusuhi Islam adalah salah satu jalan untuk melemahkan posisi tawar mereka. Apalagi pemboikotan ini sangat terkait dengan sikap bangsa-bangsa muslim yang hanya dijadikan konsumen dan wilayah marketing. Semakin mandiri kita, maka posisi tawar kita akan semakin kuat. Dan semakin kita bergantung pada komoditi bangsa yang memusuhi kita, maka akan semakin lemah negeri kita.


Wallahu a'lam bishshawab, Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Ahmad Sarwat, Lc.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)