Rabu, 14 Desember 2005

Berlindung di Balik Sebuah Stiker

Suatu pagi, dalam perjalanan ke kantor, saya mendapati sebuah stiker tertempel pada slebor bagian belakang sepeda motor yang berjalan di depan saya. Tentu tidak ada yang aneh dari seorang yang menempel stiker. Tetapi saya merasa ada yang lain ketika stiker itu adalah lambang sebuah unit di kepolisian tanah air, Bareskrim (Badan Reserse Kriminal).


Menempel stiker di kendaraan, atau di lain tempat adalah sah-sah saja. Biasanya stiker digunakan sebagai sarana untuk promosi produk-produk tertentu seperti obat, sabun dan sebagainya. Selanjutnya stiker akan ditempel di ban serep yang di belakang mobil, atau pada kaca belakang mobil. Ada juga stiker yang menunjukkan institusi tempat dia bekerja, sekolah, kelompok dan semacamnya, yang karena tidak mempunyai seragam khas, maka dia menempelkannya di kendaraan agar orang mengenalnya. Seperti stiker yang bertuliskan ITB, Fakultas Kedokteran Unair, ITS dan semacamnya.


Namun dari kesemuanya itu, bagi saya tidak ada yang lebih menarik dibandingkan dengan stiker militer. Seandainya stiker militer berada pada kendaraan militer, sepeda motor militer plat hijau, atau bolehlah kendaraan pribadi seorang militer, mungkin tak jadi soal. Tapi faktanya, banyak orang sipil menempel stiker militer di motor atau mobilnya. Beragam stiker itu berupa logo yang menunjukkan unit-unit militer, seperti Bareskrim, Brimob, Polisi Militer, Kopasus, Marinir dan sebagainya.


Tidak seperti stiker-stiker biasa, penggunaan stiker militer mempunyai kaitan erat - entah berapa kadarnya - dengan fungsi melindungi diri. Biar terkesan seolah-olah dia adalah seorang militer atau keluarga militer. Dia berharap orang lain akan segan melakukan sesuatu yang tidak menguntungkan dirinya, baik oleh penjahat yang akan memerasnya atau polisi yang menilangnya.


Jika benar demikian maksudnya, maka sebenarnya ada sesuatu yang harus diperbaiki di negeri ini. Karena fenomena ini sedikit memberi gambaran bahwa seseorang merasa lebih aman berlindung dibalik kegagahan militer yang syarat akan image-image kekerasan dibandingkan dengan percaya kepada hukum. Ataukah selama ini penyelesaian masalah kriminal maupun sengketa akan lebih efektif diselesaikan dengan cara militer daripada dengan cara hukum. Faktanya, kasus penipuan dua orang teman yang berkedok penjualan kartu pulsa sebesar 300 juta, yang dilimpahkan ke pengadilan sampai sekarang juga tidak jelas kelanjutannya. Padahal kasus itu telah menghancurkan hidupnya.


Ya, mudah-mudahan penegakan hukum bisa dilakukan dengan lebih baik, sehingga untuk merasa aman seseorang tidak perlu lagi berlindung dibalik sebuah stiker.


Catatan :
Militer yang saya maksudkan adalah semua organisasi tentara dan polisi, karena meskipun telah berpisah dengan militer, tetapi saya kesulitan mencari sebuah kata yang mewakili tentara dan militer.

3 komentar:

  1. Setuju banget...
    Kadang2 buat beberapa kalangan dipake buat ngelindungin dirinya.. atau kadang2 buat anak muda dan kaya (karena ortu nya) buat gaya2an di jalan raya..

    Skalian curhat,
    dulu temen saya pnah ditodong pistol sama mobil "berstiker militer".... ckckckck...

    BalasHapus
  2. Saya juga pernah menemukan hal serupa. Namun karena sudah "biasa", aparat pun tidak akan terkecoh :)
    Semoga saja tidak...

    BalasHapus
  3. klo di lakukan pleh orang bersangkutan/ anggota sah-sah saja.jika biker menempel atribut organisasi/ormas dll guna perlindungan atau menakut2 ti itu artinya biker pengecut,cengeng sering kita liat banyak motor ditempeli stiker ormas tertentu mungkin tujian nya untuk menakut2ti,tapi bagi anggota yg berkepentingan menempel ormas nya saya dukung oke.

    BalasHapus

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)