Minggu, 09 Maret 2014

Kebijakan Kesehatan Passive

Kemarin dalam kunjungan bedah rumah, saya mendapati seseorang yang kena katarak parah. Kemarin dalam pengobatan gratis yang dilakukan di rumah saya, ditemukan juga seseorang yang terkena katarak. Keduanya janda tua. Jadi sudah dua orang di dekat rumah saya yang terkena katarak.

Seseorang diantaranya menyatakan takut dioperasi. Yang seorang lagi ingin sembuh, dan pernah membawa jamkesmas mereka ke RSUD Kabupaten, katanya diminta menyiapkan uang 2,5 juta untuk operasi mata. Saya belum kroscek sendiri, apakah pengakuannya benar atau karena informasi yang kurang jelas. Bukankah dengan Jamkesmas mestinya mereka mendapat layanan gratis, toh operasi katarak tergolong operasi ringan. Di kota banyak yang menggratiskannya.

Memang di negara ini, kebijakan kesehatan tidak proaktif. Walaupun hampir tiap desa ada puskesmas pembantu, hampir tak ada program yang dijalankan. Mereka hanya menunggu orang datang. Itu saja. Para perangkat desa juga tutup mata melihat warganya kebingungan bagaimana harus berobat.

Mereka sebenarnya mempunyai fasilitas dan akses. Mengapa tak pernah saya dengar misalnya dalam sebulan ada sekali penyuluhan. Contohnya bulan Januari mereka memberikan informasi tentang penyakit gula, dan bagaimana mendapatkan pelayanan untuk penyakit itu. Bulan Febuari tentang mata dan dan seterusnya. Jadi warga paham apa yang harus dilakukannya ketika mereka menderita penyakit.

Saya kadang-kadang geram juga lihat orang bergelimang fasilitas negara tapi tak menggunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran warga. Apa harus menunggu saya jadi Bupati ?

#policy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)