Saat ini, kebebasan media sudah mencapai titik puncaknya. Dan hampir pasti, nilai kebebasan itu akan selalu bertemu dengan kapitalisme. Kebebasan akan dimanfaatkan oleh pemilik kapital dengan menguasai media. Di sisi lain, manusia itu mempunyai potensi hawa nafsu, nikmat untuk dituruti.
Dalam dunia kapitalisme, hawa nafsu itu tambang uang, permata berlian. Maka program-program dibuat agar sesuai dengan hawa nafsu manusia. Ratingnya tinggi, oplahnya besar. Maka media TV, Portal Berita, Tabloid rame-rame membuat acara yang sejalan dengan hawa nafsu itu. Gosip, selingkuh, kekerasan, pornografi, penghinaan, caci maki, hura-hura, guyonan, menjadi value dari acara apapun, dari berita sampai sinetron.
Konten itu setiap hari, setiap waktu masuk ke dalam alam pikiran kita, sejak bangun tidur sampai tidur lagi. Nonton TV, browsing, baca tabloid, isinya semua sama.
Konten negatif yang selama bertahun-tahun kita nikmati mengendap ke dalam pikiran kita. Dan sebagai hasilnya, kita terkontaminasi. Omongan kita, perilaku, ocehan kita di media social tak jauh-jauh dari konten yang kita saksikan.
Dulu, di era Orde Baru, media dikendalikan oleh pemerintah. Semua konten, harus melalui filter. Saat itu media lebih aman. Namun saat ini, kita sendiri yang harus memfilternya kalau tidak ingin menjadi korban. Kita sendiri king makernya.
Saya melakukan filtering terhadap Facebook dan Twitter. Orang yang selalu memancarkan status negatif saya keluarkan dari timeline saya. Saya juga berlangganan informasi melalui Feedly, hanya berita-berita dari blog terpilih yang akan menjadi konsumsi saya. Dengan itu hidup saya terasa lebih indah, dan memulai hari dengan sporty ...
#lifestyle
Kamis, 30 Januari 2014
King Makernya Kita Sendiri
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)