Kapan anda terakhir menggunakan telephon umum ? Dan apakah anda masih menjumpai telephon umum di sekitar tempat tinggal anda ?
Lama saya tak melihat telephon umum. Namun, satu-satunya yang masih saya jumpai adalah telephon umum yang terletak di balai RW III Gebang Putih. Kelihatan masih bagus dan terawat. Jika saya ke masjid, masih terlihat seseorang dengan membawa beberapa koin menelephon sambil cekikikan. Entah apa yang mereka bicarakan.
Dijaman keemasannya, telepon umum menjadi tulang punggung komunikasi. Murah, mudah, dan tak perlu berlangganan. Bahkan, bagi sebagian orang telephon umum banyak digunakan sebagai obyek untuk menumpahkan kreatifitas.
Saat saya masih menjadi mahasiswa, banyak sekali cerita-cerita tentang kreatifitas orang mengerjai telephon umum ini. Ada yang menggunakan kawat, ada yang menyudet kabel penghubungnya dengan peniti dan disambungkan ke telephon kecil, ada pula yang dapat bocoran dari anaknya pegawai telkom, asal pakai nomor dengan password tertentu maka tak pakai koinpun bisa menelpon sesuka hati. Ada pula cerita ketika koin nyantol sehingga tak bisa digunakan menelepon, kemudian telepon di gebrak ternyata malah beberapa koin yang keluar.
Setelah telephon koin ada pula era telephon kartu. Saat itu, beberapa mahasiswa memperbaiki cara usilnya dengan membuat atau menggunakan kartu palsu. Beberapa teman terpaksa ada yang dipanggil polisi karena kasus ini.
Kini telephon koin telah tergusur jaman, telephon genggam sudah lebih mudah dan murah.
Tadi pagi saya berjalan-jalan dengan anak saya melewati plasa telkom Manyar. Dan rumah telephon umum itu merana tanpa penghuni.
Saat ini telephon umum sudah menjadi barang tak umum lagi, yang tak gampang kita temui. Atau, mungkin sekarang tempatnya sudah berpindah di museum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)