Selasa, 23 Oktober 2007

Mulai Mencintai Astronomi

Oleh-Oleh Hari Raya 1428 H Bagian 2


Ada satu hal penting yang saya dapatkan pada Ramadhan kemarin. Saya mulai menyukai astronomi. Perbedaan Hari Raya Idul Fitri akhir-akhir ini, telah memancing minat saya pada bidang ini. Paling tidak saya ingin mengerti, mengapa ini terjadi.

Sewaktu kecil, jarang sekali saya menjumpai perbedaan penentuan Idul Fitri, bahkan sampai SMP dan SMA. Sejak saya kuliah, baru perbedaan dalam skala Nasional ini saya rasakan. Meskipun banyak yang mengatakan, tidak apa-apa berbeda, karena perbedaan itu mengandung rahmat. Namun hati kecil saya selalu mengatakan, persamaan dalam masalah ini lebih mengandung rahmat. Menurut saya, Idul Fitri ini adalah ibadah jama'i. Belum saya temukan riwayat satu keluarga, satu masjid, atau satu kampung bisa berbeda hari raya. Sehingga tidak semua orang merukyat atau menghisab sendiri, dan menentukan Idul Fitri untuk dirinya sendiri.

Dalam masa Nabi, bahkan penentuannya sangat sederhana, jika bulan tak terlihat, digenapkan 30 hari. Mungkin ketika ditigapuluhkan pergerakan benda langit tidak tepat pada satu syawal. Namun keputusan insitusional itulah yang dihormati semua. Pertanyaannya, siapa yang bisa kita percaya sebagai institusi itu ? Kesepakatan, Negara, Jamaah, atau bahkan perangkat lunak yang kita miliki masing-masing ?

Jika menentukan Idul Fitri adalah wewenang jamaah, sehingga tiap-tiap jamaah menentukan idul fitrinya masing-masing, terus bagaimana seseorang yang tidak bergabung dengan jamaah dari kaum muslimin ? Siapa yang akan diikuti ? Ah, biarlah ini semua difikirkan oleh para pemimpin ummat, yang selalu meminta saya untuk bertoleransi, yang selalu meminta saya untuk menjaga persatuan, yang selalu meminta saya untuk mendahulukan islam daripada jamaah dan diri kita sendiri. Ini urusan berat. Saya yang bukan seorang profesor atau kiai ini tidak punya kapasitas dalam masalah ini.

Blog Yulian Firdaus sangat membantu saya dalam urusan ini. Darinya saya bisa sedikit mengerti bahwa perbedaan penentuan Hari Raya berawal dari perbedaan dalam menentukan awal bulan. Dan perbedaan penentuan awal bulan terjadi ketika tidak adanya kesepakatan dalam memandang kriteria bulan baru. Dari blog ini pula saya menemukan situs Rukyat Hilal Indonesia, yang menjelaskan gejala astronomis untuk menentukan awal bulan, waktu sholat, sampai menentukan arah kiblat. Saya jadi mengerti bagaimana kriteria-kriteria awal bulan itu dibuat. Apa itu kriteria danjon, MABIM dan sebagainya. Dari sini secara ilmu saya sedikit bisa memahami sumber-sumber perbedaan itu.

Saya tersadar, sesungguhnya Islam sangat dekat dengan dunia astronomi.

Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami(nya), (AnNahl 12)


Lebih menyenangkan lagi, sehari sebelum pulang kampung, seseorang memberikan alamat tulisan Pak Rusmanto di komentar salah satu artikel saya. Menentukan satu syawal dengan KStar. Tulisan yang sangat detail dan bisa dimengerti oleh orang awam semacam saya. Sebenarnya saya telah lama memasang aplikasi KStar pada Linux Ubuntu saya, namun saya tidak mengerti bagaimana cara menggunakannya. Seharian saya berselancar di KStar. Mengasikkan. Seperti saya telah menjelajah langit. Seakan-akan saya bisa melihat perlahan-lahan matahari tenggelam dan bulan menyusul dengan menampakkan sabitnya.

Sesungguhnya ada aplikasi lain yang tampilannya lebih menawan untuk dipakai menjelajah langit. Stellarium. Namun saya kesulitan melakukan instalasi di Linux. Sedangkan di Sistem Operasi buatan Tuan Bill Gates, aplikasi bisa diinstall, namun selalu berakhir dengan hang. Mungkin komputer saya yang tidak memadahi untuk menjalankan aplikasi itu. Sayang.

Sebenarnya dasar-dasar astronomi sedikit banyak telah disinggung pada pelajaran Geografi di SMA. Dulu diterangkan apa itu konjungsi, disjungsi, azimut, dan sebagainya. Namun semua sudah terlupa. Apalagi sewaktu kuliah di Teknik Fisika, tidak pernah ada mata kuliah yang berhubungan dengan antariksa. Kalau di MIPA, mungkin ada.

Di SMA, saya juga tidak terlalu menyukai Geografi, karena waktu itu Geografi tak lebih dari sebuah ilmu yang di hafal dan dimengerti. Tak pernah ada praktikum implementasi. Seandainya dulu kita mencoba melihat bulan baru, melihat langsung bintang-bintang. Atau sudah ada KStar, Stellarium, atau Google Earth, mungkin saya akan mengambil jurusan astronomi. Saat itu tidak ada keasyikan mempelajari Geografi, karena dia hanyalah ilmu diatas kertas.

Saat ini saya baru memulai. Saya kumpulkan berbagai artikel yang terkait dengan astronomi. Demikian pula dengan perangkat lunak yang berhubungan dengannya.

Tidak ada target untuk menjadi seorang astronom. Hanya, saya berharap bisa memiliki kemampuan dasar tentang benda-benda langit itu serta bisa menjelasakan kepada orang lain secara ilmiah jika mereka membutuhkan. Terutama jika Idul Fitri akan tiba.

7 komentar:

  1. untuk mengintip bulan aja, orang Islam masih berbeda-beda, padahal orang-orang non Islam seperti AS sudah menginjakkan kakinya di bulan.
    mereka mungkin tertawa melihat kita.

    perbedaan waktu di bumi ini tidaklah sampai satu hari, yaitu hanya 12 jam, mengapa menentukan idul fitri kok bisa beda-beda?
    seharusnya 'kan seluruh dunia bisa sama,
    wong selisihnya hanya 12 jam, tidak lebih dari satu hari.

    BalasHapus
  2. orang melakukan puasa dan idul fitri adalah ibadah keyakinan, asal ibadah puasanya tidak lebih dari 30 hari, karena dulu nabi sering pada 29 hari

    BalasHapus
  3. kenapa ndak bisa instal stellarium di linux? pake ubuntu bukan? keren jre, cuma perlu resors yang guedhe.
    dulu diajarin azimut gituan ndak minat, cuma ketemu blog2 yg bahas astronomi jadi gimana gitu...

    BalasHapus
  4. #3. Saya memang bodoh, install stellarium pake compile sources code. Ternyata bisa pakai apt-get. Ini sudah 55% Mudah-mudahan berhasil.

    Untuk blog memang luar biasa, saya tertarik juga gara-gara blog :D

    BalasHapus
  5. He.. he.. he... ternyata "seseorang" itu saya tho. (Narsis mode : On). Saya juga jadi seneng utak-atik Kstar, untuk stellarium belum nyobain.

    Salam
    Fuad Muftie

    BalasHapus
  6. Ya Stellarium memang bagus, saya berhasil install di windows dan tidak ada masalah. Ada software lain juga, namanya Celestia (http://www.shatters.net/celestia/), yang ini bisa dipakai buat berkunjung ke planet-planet lain, keluar tata surya, pergi ke bintang-bintang, nebula sampai keluar galaksi BimaSakti. Tampilan 3dimensinya lumayan bagus. Juga ada program tour yang membawa kita jalan-jalan.

    BalasHapus
  7. ok, anda harus lebih amendalami lagi

    BalasHapus

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)