Kamis, 18 Mei 2006

Sang Pelupa

OtakHari ini jam sebelas malam saya masih berada di kantor. Bukan lembur, namun lagi-lagi masalah lupa. Saya lupa, dimana saya manaruh kunci rumah, sehingga tidak dapat masuk rumah, dan akhirnya terpaksa menginap di kantor. Biasanya saya memang jarang membawa kunci, karena istri selalu di rumah. Namun kali ini, saat istri dan anak saya sedang berada di kampung selama seminggu, saya selalu mengunci pintu rumah dan menaruh kunci di saku celana atau di saku ransel. Sebenarnya ada orang lain yang membawa kunci selain saya, yaitu adik saya, namun ketika saya telphon, ternyata dia sedang berada di Gresik, duh. Harapan satu-satunya adalah sang mpunya rumah kontrakan, tapi lagi-lagi harus gigit jari karena beliau tidak punya back-up nya.

Sebenarnya kejadian seperti ini bukan sekali ini saja. Beberapa hari sebelumnya, kartu ATM saya tidak bersemayam di dompet, dan saya sama sekali tidak ingat dimana saya menaruhnya, dan dugaan kuat saya, mungkin masih berada di dalam mesin ATM. Untung tidak terjadi apa-apa.

Hal lain yang sering saya lupa adalah melipat penyangga sepeda motor saat menaikinya. Pernah terjatuh juga karena hal ini. Dan anehnya ini terjadi berkali-kali. Demikian pula dengan hal-hal kecil seperti mencabut kunci motor, menaruh HP, dompet, kunci motor dan lain-lain. Dulu, saat saya masih berkantor di gedung Darmala, setiap sampai lantai bawah saya selalu ragu, sudah dikunci belum ya ? dan musti sering cek lagi ke atas. Belum lagi masalah sepele seperti tidak hafal no HP sendiri dan no HP istri. Untuk urusan hafal-menghafal di kelompok pengajian, anda tentu sudah bisa menebak, bahwa posisi saya mungkin nomor 1 untuk masalah ketidak hafalan :( .Saya kira ini juga yang menyebabkan mengapa saya selalu kesulitan untuk belajar bahasa asing seperti Inggris dan Arab, apalagi India :).

Saya sendiri tidak terlalu mengamati, sejak kapan saya menjadi pelupa ? Tapi kelihatannya sejak kelas dua SMA. Mungkin terkait dengan psikologi saya yang dulunya sangat perasa.

Sebenarnya sifat lupa adalah hal yang wajar dan manusiawi, karena jika tidak lupa, betapa beratnya otak kita, karena selalu teringat dengan berbagai masalah yang pernah kita hadapi. Namun kalau seperti saya kelihatannya menjadi cukup berbahaya, dan saya rasa ini harus dicarikan pemecahannya.

Pelupa = Bodoh ?

Kalau dikatakan saya pelupa memang iya, namun kalau sangat bodoh, saya kita masih bisa diperdebatkan, karena walaupun saya sangat menyukai buku dengan akhiran judul "for Dummy" atau "for Idiot Guide", dan walaupun saya juga tidak pernah melakukan test IQ karena takut IQ saya dibawah 90 :D, namun dalam urusan berfikir saya kira masih normal-normal saja. Demikian pula dalam mencerna isi buku maupun artikel.

Kalau dianalogikan dengan komputer, mungkin daya ingat bisa dianalogikan dengan RAM (daya ingat sementara) dan Hard Disk(daya ingat permanen) sedangkan kecerdasan mungkin bisa dianaloginkan dengan processor. Pada kasus saya mungkin ada sedikit bad sector yang menyebabkan sering tidak ingat.

Sebenarnya yang sering saya lupakan adalah hal-hal kecil saja seperti menaruh barang, lupa nama orang dsb, namun untuk hal-hal serius saya cukup bisa mengingat dengan baik.

Kurang Konsentrasi

Nah, ini mungkin kuncinya. Saya sering melakukan sebuah pekerjaan tetapi saya berfikir pada pekerjaan lainnya. Ketika mengunci pintu sering yang terfikir adalah masakan di rumah nanti apa ya? Anak saya sudah tidur atau belum ya ? Tadi ada titipan apa ya ?. Hal ini menyebabkan proses mengunci pintu berjalan secara otomatis yang kejadiannya tidak kita sadari.

Hal lain yang membuat lupa adalah ketika kita sedang menunggu sesuatu seperti mengisi bak air lalu kita menonton TV. Akhirnya airnya sudah luber kemana-mana dan kita baru mengingatnya setelah acara selesai.

Jadi meskipun katanya daya ingat bisa di perbaiki dengan suplemen, namun untuk solusi kasus saya lebih pada meningkatkan konsentrasi pada setiap melakukan pekerjaan, bahasa kerennya mungkin manajemen konsentrasi. Sebenarnya dalam Islam sudah dididik dalam sholat. Ketika sholat kita diajarkan untuk berkonsentrasi dengan apa yang kita ucapkan. Sayangnya justru waktu sholat semua pekerjaan kita jadi teringat hingga lupa jumlah rakaatnya. Perlu juga melatih otak untuk menghafal sehingga jangan sampai nomor HP sendiri tidak hafal.

Dalam waktu dekat ini saya memang tidak akan menargetkan diri seperti Ustadz Al Banna yang hafal dengan semua orang yang pernah ditemuinya, atau tokoh-tokoh legendaris lainnya yang disebut-sebut sebagai masters of memory.

Ada banyak pembahasan tentang masalah lupa yang tidak sesontoloyo tulisan saya diatas. Beberapa catatan ilmiah yang bisa anda jadikan rujukan untuk masalah ini bisa anda baca di media kompas dan intisari.

Catatan : gambar diambil dari situs kompas

6 komentar:

  1. :), meh pirang dino nginep kantore cak?...
    btw, kata orang2 soleh dahulu, berbuat maksiat (naudzubillah) juga membuat ingatan kita gampang hilang... wallahu'alam...

    BalasHapus
  2. wah ganti lagi .. tampilannya ....nice ... klo saya mungkin yang sering, lupa nama orang ... sehabis kenalan masih tanya lagi :D.... jg naruh kunci rumah ..

    BalasHapus
  3. nanti kalo sudah seperti Ustadz Al Banna, ajarin saya ya. Saya juga pelupa nih..
    eh, ini blognya siapa yah? kok saya lupa ya?
    :)

    --budiw

    BalasHapus
  4. Mungkin terkait dengan psikologi saya yang dulunya sangat perasa.
    Maksudnya? Kayanya gak ada hubungannya deeeeehhhh... [perasa yang tersinggung]

    Weh, kalo gak salah yang ginkgo biloba itu tidak boleh dikonsumsi terus menerus dan kurang efektif juga. Gimana ya?
    Eh, bukan di sini nanyanya ya?

    BalasHapus
  5. Semoga tidak lupa siapa istrinya :D

    BalasHapus
  6. pak saya juga pelupa, padahal masih muda lupa naro kuci lah sama persis kaya kalau ngunci pintu rumah, malam hari saya suka terbangun jam 12 pintu sudah di kuci apa belumm??

    BalasHapus

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)