Minggu, 10 Maret 2002

Ada Apa dengan Cinta ?

Suatu saat, ketika saya menonton televisi, ada sebuah acara dimana reporter menanyakan kepada setiap orang, tentang makna cinta. Ada yang mengatakan bahwa cinta nggak bisa diungkapkan dengan kata-kata, cinta itu indah, cinta itu agung, cinta itu suci dan sebagainya. Padkay sendiri mengatakan, “ Cinta, penderitaannya tiada akhir”. Para filoshop seringkali juga membicarakan tentang makna cinta dan akhirnya kesimpulannya tetap terserah kepada siapa yang memandang.

Cinta dapat menjadikan manusia menjadi sangat mulia, dan cinta pula yang menjadikan orang menjadi tercela. Seorang sahabat nabi, yang karena cintanya kepada beliau, rela menghadang panah-panah dengan tubuhnya untuk melindung beliau, dan cinta semacam ini adalah cinta yang penuh dengan nilai kemuliaan. Seorang ayah, karena cintanya kepada anaknya, rela bekerja siang malam, bahkan lembur segala, untuk membahagiakan istri dan anaknya, untuk sekedar melihat senyum mengembang di bibir istri dan anaknya, maka cinta yang demikian adalah cinta yang mulia. Cinta dapat membawa kepada nilai kebaikan dan kemuliaan.

Kalau saya membaca surat kabar, maka pada rubrik konsultasi, seringkali saya membaca kesaksian pembaca tentang hubungan suami istri pra nikah antara seseorang dengan pacarnya, mereka mengatasnamakan cinta. Atau barangkali dimalam valentinan kemarin, banyak pasangan muda mudi berasyik masyuk berciuman, berpelukan, dan mereka mengatasnamakan cinta. Yang demikian barangkali adalah cinta yang membawa kepada keburukan dan kehinaan.

Dalam Islam cinta akan diarahkan kepada nilai kebaikan dengan landasan yang kokoh. Dalam Islam landasan cinta adalah cinta Allah, dan cinta Rasul. Landasan yang takkan mungkin berubah, dan yang jika berubah akan mengurangi atau bahkan menghapuskan nilai keimanan seseorang. Kecintaan manusia pada suatu hal, harus berlandaskan pada dua cinta tersebut. Itulah yang menyebabkan nilai kecintaan dalam Islam mempunyai nilai yang sangat tinggi, dan mempunyai bobot yang sangat berat, karena cinta harus berlandaskan pada semangat-semangat keimanan.

Nanti, pada hari kiamat, manusia akan di bangkitkan dengan apa yang dicintainya, akan dikumpulkan dengan apa yang dicintainya. Orang bisa saja mencintai Nafa Urbach, Krisdayanti, Seila on Seven, Ali bin abi Thalib, Fatimah ra, dan ia akan dibangkitkan bersama golongan orang yang dicintainya itu. Berhati-hatilah dalam mencinta, dan cintailah hanya orang-orang yang memang patut dan layak dicintai.

Suatu saat seorang yang menjadi Imam Sholat, dilaporkan kepada Nabi, karena ia hanya membaca surat QulhuAllahu Ahad dalam rakaat-rakaatnya. Apakah tidak ada surat lain yang lebih panjang ?, lalu, nabipun memanggil orang tersebut. Nabi menanyakan, mengapa ia melakukan hal tersebut, dan orang itu mengatakan,”Saya mencintai Allah hingga saya suka sekali dengan surat Qulhu itu, karena isinya menceritakan tentang keesaan Allah.” Maka nabipun mengatakan,”Allah mencintaimu karena cintamu kepadaNya”.

Pada kesempatan yang lain, Nabi bertanya kepada Umar, apakah Umar mencintai Nabi melebihi cintanya kepada dirinya sendiri ; maka Umar mengatakan, “Kalau yang itu nampaknya belum, ya Rasul”, maka Nabi mengatakan, “ Belum sempurna iman seseorang jikalau ia belum mencintaiku diatas cintanya kepada dirinya sendiri,” maka Umarpun lalu berkata,”Mulai saat ini, aku akan mencintaimu melebihi cintaku kepada diriku sendiri”.

Maka hiduplah dalam naungan cinta, dan pilihalah cinta yang hanya berlandaskan kecintaan pada Allah dan Rasulullah. Dan cintailah hanya orang yang memang layak untuk kita cintai, yang akan bersama kita menuju RidhoNya.

Selamat bercinta

______________________________________
“Terimakasih kepada Dr. Abdullah Shahab, akan taushiyahnya Tentang Cinta tentu saja“
Edy Santoso
[email protected]
http://masjidits.cjb.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)