Senin, 18 Juni 2001

Pertemuan 4 : ilmu-ilmu kauniah

Ikhwah fillah dipertemuan yang keempat ini kita akan membahas tentang sumber ilmu kedua, yaitu apa yang disebut sebagai ilmu kauliah atau sunnatullah. Jagad raya dengan segala isinya ini merupakan sunnatullah, yang didalamnya terkandung berbagaimacam disiplin ilmu pengetahuan, yang jika dimenfaatkan secara baik dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan mutu kehidupan manusia.

Lihatlah ikhwah fillah, langit dengan segala bintang dan galaksinya yang tak terhitung jumlahnya, laut dengan kazanah kekayaan hayati di dalamnya, tumbuhan, hewan, manusia dan bahkan bakteri dan viruspun banyak mengandung pelajaran bagi manusia. Semuanya berjalan dengan serba teratur, serba terformula, sehingga manusia bisa mempelajari keteraturan di dalamnya dan menyebut 'subhanallah' ketika melihat ciptaan Allah yang sangat mengagumkan itu.

Ah, apakah belajar yang demkian itu mendapat pahala, apakah belajar yang demikian itu merupakan hal yang disyariaatkan, dan apakah belajar semacam itu dapat bernilai ibadah ? Apakah kita tidak belajar tafsir, hadits, sholat zakat dan khazanah keilmuan Islam lainnya?? Bisa jadi hal semacam itu terkadang mengusik ketenteraman hati kita.

Tentu ikhwah fillah, sebagai seorang muslim kita harus belajar alqur'an dan makna yang ada di dalamnya, kita harus belajar bagaimana Rasullullah hidup, bagaimana rasulullah berinteraksi dengan keluarga dan lingkungannya. Itu merupakan suatu hal yang tidak diperintahkanpun harus kita lakukan.

Tetapi umat Islam juga harus banyak belajar pada alam ini. Lihatlah negara-nagara kafir yang seringkali memperdaya umat Islam. Dengan kegigihannya mempelajari ilmu kauniyah, akhirya mereka menguasai ilmu peralatan militer yang akhirnya di jadikan sebagai alat penekan bagi ummat islam. nah umat Islam akhirnya tidak berdaya menghadapi tekanan bangsa-bangsa barat. Jika demikian bahkan mempelajari ilmu kauniyah menjadi sebuah keharusan.

Allah telah menyinggung persoalan alam semesta ini dalam banyak firmannya. Beberapa ayat bahkan memberikan tanda-tanda terhadap gejala yang ada di alam semesta ini. Dikatakan bahwa dalam menciptakan segala sesuatu allah menciptakan hukum-hukumnya [25 : 2] dan alam ini diciptakan Allah tanpa cacat. Karena itu Allah menantang manusia yang telah diberinya Akal untuk meneliti ciptaan Allah ini secara berulang-ulang [67 : 3-4]. Keteraturan alam semesta ini telah menghasilkan ribuan penelitian. Tapi toh semakin banyak penelitian, kita semakin merasa miskin akan ilmu.

Keteraturan alam ini bagi orang yang mau menggunakan akalnya tentu dapat menjadi hidayah. Dan bagi orang beriman hal ini akan dapat semakin memperkokoh imannya. Orang orang yang dapat mengambil pelajaran serta dapat meningkatkan nilai imannya dari alam semesta, sering di sebut Allah sebagai ulul albab. Ulul Albab seperti yang dikatakan Allah, adalah orang-orang yang selalu mengingat Allah dalam keadaan bagaimanapun, serta orang yang memikirkan proses penciptaan langit dan bumi.

Ikhwah fillah, konon seorang imam telah diajak berdialog oleh orang atheis, untuk mendebatkan tentang ada tidaknya Allah. Sang imam akhirnya mendatangi tempat pertemuan di sebuah tempat. Kebetulan tempat itu menyeberangi sungai. Sang imam akhirnya datang terlambat. Setelah sampai di kediaman orang ateis itu beliau ditanya, 'Mengapa terlambat, saya sudah sejak tadi menunggu imam'

' Maafkan saya. Tadi saya menanti tukang perahu yang biasa menyeberangkan orang untuk melintas di sungai itu. Ah,.. ternyata saya tunggu sampai lama perahu tidak muncul- muncul juga. Tetapi saya bersyukur, karena disaat saya lelah menanti perahu itu, tiba-tiba pohon-pohon yang ada di sekitar sungai itu roboh semua kemudian tiba-tiba berjajar-jajar melintasi sungai hingga membentuk jembatan. Dan akhirnya sayapun bisa menemui tuan meskipun terlambat', jawab sang Imam.

'Ha...ha...ha...wah bagaimana saya dapat mempercayai kata-kata tuan. Masak ada pohon-pohon yang bisa roboh sendiri dan secara teratur berjajar membentuk jembatan ? Itu tidak akan terjadi jika tidak tuan tebang dan susun sendiri, ah...tuan jangan memepermainkan saya,' kata orang atheis itu.

'Dengan cerita segitu aja tuan sudah tidak percaya. Terus bagaimana dengan alam semesta yang mataharinya bersinar setiap hari tanpa henti, yang bintangnya bertaburan dan berputar tanpa bertabrakan. Dan dengan dirimu sendiri lihatlah, mengapa hidungmu menghadap ke bawah, mengapa telingamu ada di kepala. Mengapa rambut tumbuhnay dikepala dan bukannya di kaki ?? Apakah tuan juga percaya jika inbi hanya terjadi secara kebetulan dan tidak ada yang mengaturnya ??,' jawab sang Imam mengakhiri perdebatannya.

Ikhwah fillah, akhirnya ini akan kita jadikan dasar pemikiran, apakan kita akan berpangku tangan saja ketika teknologi telah dijadikan bahan penekan ummat Islam dan alat pemeras yang mengakibatkan ummat Islam tergantung pada Barat. Ini bukan untuk di jawab, tetapi untuk kita renungkan.

wallahu a'lam
Edy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)