Kamis, 18 Juni 2015
Life Framework
Alhamdulillah kita berjumpa dengan hari pertama Ramadhan 1436H. Sesuai janji saya, saya akan memulai menulis secara rutin dalam Ramadhan ini ...
Saya merasa beruntung, bersyukur, senang. Bahwa akhirnya saya menemukan Life Framework, bahasa keren untuk kerangka kehidupan. Meskipun kerangka ini mungkin saya temukan agak terlambat, beberapa tahun setelah saya lulus kuliah, namun tetap wajib disyukuri.
Sebelumnya, ketika kuliah, saya mengikuti hampir semua training yang ada, diskusi dan seminar di kampus dan sekitarnya, juga kajian agama.
Dari situ saya menemukan kerangka keyakinan, religion framework yang dalam agama disebut aqidah. Namun meski begitu, saya belum menemukan life framework. Saya menemukan niat dan tujuan hidup (religion framework / aqidah), namun saya belum menemukan kerangka untuk menjalankan kehidupan.
Saya merasa mendapatkan banyak ilmu, latihan ibadah, namun tematik, dan berserak. Ibarat rumah saya menemukan pondasi yang kokoh, jendela yang bagus, pintu yang bagus, lantai yang mengkilat. Namun belum bisa melihat bagaimana desain rumah itu.
Saya menemukan life framework ketika bekerja bersama dengan kawan-kawan di ODNV. Maka pertemuan dengan kawan-kawan ODNV adalah bagian hidup yang saya syukuri. Saya banyak berdiskusi tentang hidup terutama dengan rekan Adhika. Saya juga mengikuti kajian-kajian life dari blog strategi manajemen, juga blog Pak Roni Yuzirman
Saya menemukan tafsir menarik tentang berbagai konsep Islam dari hasil-hasil kajian, study empirik, dan scientific. Sebenarnya Islam telah memberikan arahan tentang hidup, hanya saja bisa jadi tafsir yang sampai kepada kita kurang menggugah.
Setiap kali saya membaca kajian tentang life yang ditulis oleh orang-orang kredible, psikolog, motivator, yang memang sedang mencari formula kehidupan, setiap kali saya mendapatkan kesimpulan bahwa konsep ini sudah pernah kita pelajari dalam pengajian. Bahwa dalam pengajian konsep ini dikaji kurang mendalam dan menggugah itu soal lain.
Tiny Habits yang dibawakan Dr. BJ Fogg mirip seperti prinsip tiny but istiqamah yang ada dalam Islam.
Tulisan Joshua Becker dalam http://www.becomingminimalist.com/ mengingatkan kita akan konsep zuhud.
Tulisan Rhonda Byrne, The Secret mengingatkan kita pada konsep syukur.
Konsep-konsep soal diet tak jauh dari ajaran makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang.
Konsep tentang yoga mengingatkan saya pada sholat khusyu dan tafakur.
Dan lain-lain dan lain-lain.
Pada akhirnya kalau kita telusuri, maka semua konsep hidup Islam itu bermuara pada husnusdzon. Sedangkan pada kajian-kajian motivasi, semua konsepnya bermuara pada positive mindset.
Maka dalam pandangan saya, Husnusdzon adalah life framework. Hidup, bahkan ibadah yang dilakukan dalam bingkai husnusdzon akan menemukan maknanya. Bahwa itu akan membuat ibadah dan hidup tidak terasa garing. Dan kamu akan menemukan apa yang disebut fiddunya hasanah itu.
*) Gambar dari internet.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)