Senin, 29 Desember 2014

Rekayasa Konteks Agar Anak Lebih Suka Membaca Al Quran

Al Quran per 5 juz. 
Inti dari rekayasa konteks sesungguhnya adalah membuat seseorang mudah melakukan sesuatu. Jika anak kita sulit diminta membuang sampah, ogah-ogahan membaca Al Quran, bukan karena 100% tidak ada motivasi, namun karena antara motivasi dengan aksi itu ada tembok yang cukup tebal.

Orang biasa hanya berfikir tentang motivasi, namun perekayasa konteks berfikir bagaimana menghancurkan tembok tebal. Kalau tidak ada tembok tebal, lebih mudah seseorang untuk melewatinya.

Saya pernah diingatkan guru Al Quran anak saya. Anak saya biasa meninggalkan Al Quran di sekolah. Mestinya Al Quran dibawa dirumah, dibaca ulang sambil menandai waqaf dan ibtida' untuk diasistensikan dalam tilawah selanjutnya.

Saya memahami jika anak kelas 3 SD itu malas membawa Al Quran. Al Quran dengan sampul hard cover dan kertas HVS itu berbobot sekitar 1 kg. Jika dibawa dengan berbagai buku dan perlengkapan lain berapa kg beban yang harus di bawa ketika anak ke sekolah? Maka tidak terlalu salah jika dia berfikir bahwa lebih baik ditinggal di sekolah daripada dibawa ke rumah. Semenjak peringatan itu saya selalu mengingatkan anak saya membawa Al Quran di tasnya meskipun beban tasnya menjadi lebih berat.

Sebagai orang yang ngaku-ngaku sebagai pakar rekayasa konteks, idiiih ... :), saya berfikir mengapa harus membawa Al Quran 30 juz? Toh nanti disekolah yang dibaca cuma sehalaman. Gak efisien kan?

Dulu, ketika saya masih duduk di bangku SD dan sekolah di Madrasah, kita bisa titip Pak Kiai agar dibelikan Al Quran satu juz. Dulu Al Quran satu juz ini terkenal karena daerah kami adalah daerah minus. Bukan karena apa, hanya karena Quran satu juz itu murah dan terjangkai oleh orang tua santri. Setelah memasuki pelajaran baca Al Quran, maka santri hanya beli juz 1 saja.

Saya kemari kesana mencari Al Quran per satu juz, atau per lima juz, namun saya tidak menjumpai. Ada, namun Mushaf Al Quran terbitan arab yang terlalu kecil ukurannya. Pun saya tidak menyukai Mushaf Al Quran terbitan Arab karena tidak ada nomor juz dan nomor surat di setiap halamannya.

Lalu saya berfikir, bagaimana bila Al Quran miliknya yang 30 juz dengan sampul yg hampir terlepas itu saya preteli menjadi tiap 5 juz. Nantinya akan jadi 6 jilid.

Setelah tertunda beberapa lama, akhirnya kemarin saya mencari kertas buffalo, plastik, staples, dan selotip untuk menjilid Al Quran yang sudah saya bagi per lima juz...

Tralaaa..., Al Quran per 5 juz sebanyak 6 jilid pun jadi. Sekarang per jilid hanya berbobot sekitar 160gr. Anak saya senang karena lebih mudah dibawa dan diambil untuk dibaca, dan tentu saja akan ringan saat dibawa ke sekolah sehabis liburan nanti :)

1 komentar:

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)