Ada dua pendekatan dalam pembelajaran anak selama ini. Mayoritas oang tua menggunakan sekolah sebagai basis dalam mendidik anak. Negara telah menyediakan ruang untuk itu. Swasta juga mulai menjamur dengan beragam metode yang ditawarkannya.
Namun ada juga sejumlah orang yang mulai menggunakan alternatif pembelajaran bagi putra putrinya. Ada banyak alasan, namun alasan yang paling sering saya dengar adalah karena orang tua mempunyai harapan tersendiri tentang anaknya, dan dia tidak yakin bahwa sekolah bisa memberikan output sesuai dengan yang dia harapkan.
Memang diakui atau tidak, sekolah lebih banyak mengajarkan pengetahuan dibanding ketrampilan hidup. Mungkin dia tahu susunan pencernaan tubuh, namun belum tentu mempunyai gaya hidup sehat dengan makanan yang halalan thoyyiban.
Di sekolah diajarkan membuat topik karangan, membuat kerangka karangan dan kalimat pembuka paragraf. Mempelajari berbagai jenis karangan, argumentasi, eksposisi, narasi. Tapi apakah biasa nulis ? Kebanyakan tidak.
Disekolah diajarkan bahwa luas persegi panjang adalah panjang kali lebar. Tapi coba suruh anak kita menghitung luas kamarnya. Agak bingung. Ini fakta.
Belum lagi, apakah output sekolah kita bisa menghasilkan output agar dia bisa mengurus dirinya sendiri? Mencuci sepatu sendiri, melipat selimut dan pakaian, membuat teh, menanak nasi, memasang lampu listrik, menyetrika ? Ini tidak diajarkan ...
Apakah output dari kesenian yang dipelajari dari SD sampai SMA bisa membuat anak bisa melukis, bermain musik ? Oh nooo...
Mereka belajar bagian tumbuhan, dikotil monokotil, akar tunggang akar serabut. Apakah mereka bisa menanam tanaman dan merawat tumbuhan ? Saya tidak yakin.
Apakah pelajaran Ekonomi koperasi membuat anak kita mempunyai kemampuan mencari uang atau berbisnis ? Mengatur keuangan keluarga ? Saya belum yakin.
Dulu bahkan akan yang tamat SMA banyak yang tidak bisa membaca Al Quran, namun alhamdulillah sekarang banyak sekolah yang memberi komplemen akan hal ini, sekolah Islam.
Itulah fenomena-fenomena yang kita dapatkan di sekolah sehingga beberapa orang memutuskan untuk membuat home schooling.
Namun saya tetap tidak akan memilih home schooling. Saya ingin anak saya berinteraksi dengan banyak kawan dari berbagai latar belakang budaya dan ekonomi. Ini akan mengasah cara dia berinteraksi secara sosial. Ini akan mengasah kemampuan anak untuk bekerjasama, berkelompok, berbagi tugas dan menyelesaikan persoalan diantaranya.
Namun menilik bahwa sekolah tidak mungkin bisa menyediakan semuanya, dan Diknas maupun sekolah juga mempunyai target sendiri, maka orang tua wajib melengkapi bagian-bagian yang tidak diajarkan di sekolah itu. Apakah ini adalah konsep tengah yang bisa dinamakan semi home schooling ?
Saat ini terlalu banyak orang tua yang sudah tidak care lagi dengan anak. Asal anak sudah disekolahkan di sekolah favorit, cukup. Apakah keluarga adalah madrasah sudah tidak relevan ? Konsep semi home schooling seperti ini justru ingin mengembalikan paradigma lama bahwa keluarga adalah madrasah.
Masih relevan, masih relevan.
Jadi ingin membuat materi komplemen orang tua terhadap anak nih :) Menarik kayaknya :)
----
Catatan : tulisan ini hanya pandangan saya pribadi, bukan berarti konsep ini lebih baik dari konsep yang lain. Saya hanya memandang sepertinya konsep ini cocok buat keluarga saya. Masing-masing punya reason :)
Kredit gambar dari shalink.walhi-jogja.or.id.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
koyone theme pendidikan rumah ini cocok untuk dijadikan thema utama blogmu cak...
BalasHapusLagi intens karo pendidikan keluarga. Agak ragu, dibuat di blog berbeda atau gimana enaknya, soalnya mood ane berubah-ubah hehe...
HapusSekarang ini saya membuat istilah semi home schooling. Atau dinamakan pendidikan keluarga saja ya ? Sepertinya bagus juga ...
tidak perlu dengan blog yang berbeda, yang ini saja. kalo muncul ide tulisan thema lain, abaikan saja dulu. kalau sudah bisa rutin nulis tema pendidikan keluarga selama 1 tahun, baru buatkan blog khusus dan atau kumpulan tulisannya dibuat ebook. ini yang saya rencanakan dengan nulis rutin mengenai pengalaman diet, tahun depan dikumpulin jadi ebook.
Hapus