Selasa, 25 Februari 2014

Bangun Tidur dan Tubuhku Lumpuh, Bagian 2

Tulisan ini melanjutkan tulisan saya sebelumnya, dimana tiba-tiba setelah bangun tidur tubuh saya lumpuh.

Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, pada saat tubuh saya lumpuh dan sulit digerakkan, maka yang pertama saya lakukan adalah melakukan cek, berapa tekanan darah saya. Mengatahui tekanan  darah saya tidak terlalu tinggi, maka bisa mengatakan peluang stroke kecil. Namun saya juga tidak bisa menafikan, bisa saja karena lemak dalam darah, yang mungkin menyumbat aliran darah ke otak dan mempengaruhi kerja syaraf. Saya tidak tahu.

Penyakit kedua yang menyebabkan kelumpuhan adalah Cikungunya, namun biasanya sakit ini disertai demam, saya tidak demam sama sekali.

Lalu dengan tangan yang sudah sulit digerakkan, saya menyalakan netbook dan mulai melakukan browsing. Disinilah saya agak galau. Dengan kata kunci "lumpuh setelah bangun tidur", saya menemukan artikel mas Muhammad Yusuf . Beliau menceritakan pengalamannya saat terkena  Guillain Barre Syndrome . Diceritakan, GBS adalah sistem kekebalan tubuh yang menyerang syaraf. Mengapa sistem kekebalan tubuh menyerang syaraf, itu yang belum diketemukan.

Apa yang dialami Mas Yusuf, agak mirip dengan yang saya alami. Di mulai dengan flu, kemudian setelah bangun tidur : lumpuh. Sudah tiga minggu saya batuk, dan dua minggu terakhir, ditambah flu. Dalam keadaan flu itu saya memang terus bekerja, termasuk ke Bekasi seminggu. Mestinya Minggu ada agenda kegiatan di Bandung, tapi saya merasa batuk dan Flu saya semakin parah sehingga saya terpaksa tidak ikut dan langsung pulang ke Trenggalek hari Sabtu. Minggu sore saya masih ke klinik untuk mmeriksakan sakit saya. Dan malamnya langsung tidur karena rasa capek dan lelah.

Jadi dari hasil penelusuran yang paling memungkinkan adalah mungkin saya kena GBS. Lalu dengan sisa kekuatan, saya mengirim message via Whatsapp ke teman-teman ODNV, agar jika besuk terjadi apa-apa, maka sudah siap melakukan handling. Saya juga sudah menunjukkan tempat penyimpanan password-password kepada adik saya, biar kalau benar-benar terjadi sesuatu, maka tak akan banyak orang kebingungan, karena aplikasinya tersandera.

Maka, setelah browsing saya memutuskan untuk menelephon adik saya, dan tetangga saya untuk mengantarkan ke RSUD Tulungagung. Mengapa ke RSUD Tulungagung, saya punya cerita tersendiri.

Dulu, ketika ibu saya pada pukul 16.00 tiba-tiba tidak sadar, dan tekanan darah mencapai 220 mmHg, bapak memanggil Paramedis (Mantri). Hanya diberi obat begitu saja, dan tidak menyarankan dibawa ke RS. Malamnya, penyakit ibu kian parah, maka ibu dbawa ke Klinik yang dekat rumah. Ada tindakan medis dengan cara diinfus, sebelum pada pukul 08.00 akhirnya dirujuk ke RSUD Tulungagung. Namun apa yang dikatakan dokter saat itu membuat dada sesak. Sudah dinyatakan terlambat, darah yang mengotori otak sudah mencapai 54cc kenapa tidak dibawa ke RS ? Itu yang kami tidak tahu, apakah paramedik dan klinik tidak tahu, sehingga tidak langsung dirujuk ke RS kalau tahu ibu saya stroke dan mereka tidak kuasa menghandling ? Sejak saat itu, jika ada kelumpuhan mendadak, atau tiba-tiba ada yang tidak sadar saya akan menyarankannya ke RSUD Tulungagung. 


Meskipun saya tinggal di Trenggalek, akan tetapi saya lebih menyarankan ke RSUD Tulungagung. Sarananya lengkap, dan petugasnya cukup ramah.

Saya tiba di RSUD sekitar pukul 01.00 dinihari. Langsung disambut petugas dengan ramah, mengambilkan dipan roda, dan membawa saya ke Ruang Rawat Darurat untuk dilakukan observasi awal. Saat itu saya berdiskusi dengan dokter, apakah ini GBS ? Ketika dokter menjawab mungkin tidak, saya merasa lebih tenang. 

Saya diminta tidur, diambil sampel darah untuk keperluan laboratorium, dan diberi infus. Saya tidak tahu, apa yang dimasukkan pada infus, dan saya tertidur sampai pagi. 

Pagi hari saya terbangun. Aneh, tangan saya yang semula lunglai kini sudah bisa digerak-gerakkan, sudah bisa diangkat meskipun agak berat. Namun kaki saya, tetap belum bisa begerak. Pagi itu saya baru tahu bahwa kelumpuhan saya akibat kekurangan kalium. Saya lega.

Dalam pemeriksaan awal, Kalium dalam darah saya hanya 2,24 mmol/l padahal normalnya 3,5 sampai 5,5 mmol/l. Ngedrop banget kan ? 

Artikel di DetikHealth atau di blog berikut mungkin bisa membantu memahami apa penyebab dan akibat kekurangan kalium.

Pagi itu tangan saya sudah mulai bisa digerakkan dan saya mulai optimis bahwa kelumpuhan saya tidak terlalu berbahaya. Siangnya kaki saya mulai bisa digerakkan walaupun masih sangat sulit, dan malamnya, saya bisa berdiri walaupun masih agak lemas. 

Ini sebuah pengalaman bagi saya. Dan saya sarankan jika kita menderita penyakit yang kita khawatirkan berat, seperti didahului dengan lumpuh, sesak nafas, maupun tidak sadarkan diri, untuk segera ke Rumah Sakit, bukan klinik, maupun Dokter. 

Mengapa ? karena rumah sakit mempunyai piranti lengkap untuk mendeteksi penyakit dengan lebih presisi sedangkan dokter maupun klinik belum tentu. Dengan segera diketahui penyakitnya maka akan segera ketemu pula solusinya. Salam Sehat.

#healthly #memoar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)