Saya merasa semakin menyukai buku semenjak saya menetap di kampung halaman : Trenggalek. Hidup di kota dan di desa sangat terasa perbedaannya. Di kota kita dengan mudah menghadiri kajian dan seminar, di desa tidak mudah.
Lalu saya merasa, buku menjadi sarana yang paling efektif untuk mendapat pengetahuan, ide, dan gagasan. Walaupun sekarang sudah ada internet, namun buku tetap tidak tergantikan. Gagasan yang ada di dalam buku lebih sistematis dan tuntas, karena dia dibuat dengan persiapan yang lebih serius.Dengan membaca buku, saya mendapatkan banyak insight dari motivator, mendapatkan banyak hikmah hidup dari membaca biografi, dan ketrampilan dari membaca buku-buku teknis. Dengan buku saya merasa mendapatkan akses ke dalam pikiran orang-orang hebat.Mengapa Tidak Suka Buku ?Tidak semua orang mempunyai pikiran macam saya. Banyak orang tidak menyukai buku. Lalu para penyuka buku heran seheran herannya, mengapa tidak menyukai buku, bukankan buku itu besar manfaatnya bla.. bla ...Banyak orang ketika pertama berkenalan dengan buku, yang muncul adalah sebuah buku yang 99% berisi tulisan, dengan sedikit gambar hitam putih tanpa warna dengan Font Times New Roman. Paragrafnya juga jarang-jarang, kadang setengah halaman buku baru ganti paragraf. Tak ada ilustrasi, tak ada warna. Sungguh menyiksa. Dan berkali-kali bertemu dengan buku dengan tampilan serupa itu. Karena kebanyakan buku yang saya jumpai memang begitu.Kedua, di tempat-tempat bacaan umum dan perpustakaan, tak banyak buku bacaan yang menarik yang asik dibaca. Kalau ada, mungkin sedikit. Buku-buku menarik memang lebih mahal, apalagi dengan layout menawan. Kadang di tempat bacaan umum, yang penting koleksinya banyak, apakah isinya berbobot, atau layoutnya mempunyai daya tarik baca itu lain soal.