Minggu, 21 Juni 2009

Silaturahim ke Blogger CahNdeso

Alhamdulillah, saya amat bersyukur. Minggu ini saya benar-benar bisa menginjakkan kaki saya di Trenggalek, bersama istri dan kedua anak saya. Pulang ke Trenggalek adalah agenda saya sejak lama. Tapi selama itu pula, ada saja kendalanya.

Hari Jumat kemarin, saya mencoba memotret warga sekitar saya dengan ikut cangkrukan di rumah mereka. Banyak informasi yang saya dapatkan, yang mudah-mudahan saya bisa membuat catatan pada beberapa waktu ke depan. 

Agenda saya hari ini sesungguhnya ingin mencabut SIM untuk saya perpanjang di kabupaten de jure saya, Nganjuk. Pekerjaan yang saya perkirakan cukup sehari ternyata meleset.  Saya harus menunggu sampai hari Rabu.  Melihat lamanya waktu yang dibutuhkan, mungkin saya akan membuat SIM baru saja, ikut test lagi dari awal.

Mengingat hari masih pagi, saya menghubungi rekan-rekan saya di Trenggalek. Tapi nomor HP nya sudah berganti semua, akhirnya saya memutuskan untuk silaturahim ke tempat Cah Ndeso. Hari ini memang saya beruntung mendapatkan pinjaman sepeda motor, sehinggal saya bisa bersilaturahim ke beberapa tempat. Bapak saya yang sudah menjadi guru sejak lebih dari 30 tahun itu  memang hanya mempunyai 2 sepeda pancal saja.

Cah Ndeso selalu mengatakan bahwa rumahnya adalah Trenggalek dibawah gunung, sinyal HP kembang kempis, namun saya selalu mendapati blognya yang berjuluk Trenggalek Jelita, selalu update. Bahkan selama ini bisa dikatakan informasi terkini tentang Trenggalek saya dapatkan dari blog Cah Ndeso ini. Bahasanya bagus, sebagus tulisan wartawan Jawa Pos, sehingga saya sempat curiga bahwa dia adalah seorang Wartawan.

Sungguh sulit saya menemukan Rumahnya. Saya sempat tersesat saat ingin mengunjungi rumahnya yang terletak di barat kota Trenggalek itu. Namun setelah bertanya ke puluhan orang, akhirnya ketemu juga.

Melewati jalan berbatu dan tikungan, sampailah saya disebuah tempat dengan pemandangan yang khas Ndeso. Sebuah rumah di depat kebun jagung yang mungkin akan panen beberapa minggu lagi.

Saya ketuk-ketuk pintunya,  lama, nggak keluar orangnya. Saya ambil HP, mau saya telpon, andai dia ada di suatu tempat dengan HPnya. Alamak, di layar HP tertulis limited service, tanda tak ada sinyal disana. Pikirku, hare gene  ?

Setelah saya tunggu, muncul seorang lelaki ganteng dengan wajah sumringah, Cah Ndeso. Rupanya dia sedang mencari tempat strategis untuk mencari sinyal. Ditempat yang tak dijangkau telpon, dan sulit sinyal, rupanya tak menyurutkan niat Cah Ndeso untuk ngeblog.

Kritis, idealis, tak butuh ketenaran. Itu yang saya tangkap. Saya berdiskusi panjang lebar tentang Trenggalek. Dia yang banyak informasi dan kaya pengalaman membuat saya tak bisa menghentikan mulut saya untuk larut dalam pembicaraan.

Di akhir pertemuan, tak lupa saya keminter ngomong ngalor ngidul tentang blog, sembari menginstalkan Windows Live Writer portable yang saya dapatkan dari blognya maseko.

Matur Suwun Cah Ndeso, sampeyan telah memberikan inspirasi mendalam tentang idealisme yang musti sampeyan bayar mahal. Kalau dalam dunia pewayangan, mungkin sampeyan itu adalah seorang resi. Tak rugi saya main ke rumah sampeyan. Mudah-mudahan kapan hari kita bisa ketemu lagi.

-- 000 --

Ditulis dengan Windows Live Writer dari Kecamatan Durenan Trenggalek Menggunakan sinyal GPRS IM3.

3 komentar:

  1. Terimakasih, ya Cak, kehadiran Peno telah menorehkan kekhususan yang istimewa dalam diri saya. Pengetahuan saya tentang dunia maya kian bertambah. Pepapatah mengatakan "jer besuki mawa bea" tapi pertemuan dengan Peno, justru saya tidak perlu bea, malah Peno yang dengan Lillahita'ala mendermakan semuanya untuk saya. Semoga Peno terus sehat wal affiat, selalu memberikan yang dibutuhkan orang lain. Partai Keadilah Sejahtera beruntung memiliki Peno. Segala yang akan terjadi tentu diawali dengan tanda-tanda. Al Qur'an banyak menyebutkan kata "pikir" yang bertujuan agar kita mau berpikir dan diantaranya adalah dengan melihat tanda-tanda kebesaran Allah. Jagat raya bukan diciptakan dalam seketika, oleh-Nya memang dilakukan dengan proses yang ilmiah. Bukan karena Dia tidak mampu "menyulap" tapi karena "kasih sayang-Nya" yang sedemikian besar pada hambanya. Tanda-tanda akan terjadinya sesuatu Dia berikan secara runtut dan bisa dikalkulasi secara matematis, rumus-rumus fisika atau gerayangan metafisika kelak nisacaya akan berujung pada pengakuan akan kebenaran Sunnatullah. Tanda-tanda yang Dia berikan inilah yang kemudian memunculkan fenomena "ramalan" yang dibeberkan oleh paranormal atau mereka yang sudah sering mengamati kehidupan baik melalui pengalaman lahir maupun spiritualnya.
    Cak Edy, ketika Peno sudah pulang dari rumah saya, ada tetangga saya datang dia tanya "sapa piyantun kuwi maeng". Saya jawab 'Rencang kulo saking Surabaya," dia lalu menambahkan "Piyantun kuwi kagungan derajat Ratu".
    "Maksude dos pundi" tanya saya.
    "Maksude derajat Ratu, ateges nduweni perbawa lan bakat kanggo mungkasi perkarane wong liyan kanthi adil tur tuma'ninah", jawabnya.
    Saya tidak mengerti apa yang dimaksudkan tetangga saya itu, Cak. Mudah-mudahan Peno bisa menangkap maknanya. Maklum, saya hanya CahNdeso, pengalaman saya masih kurang.

    BalasHapus
  2. Terimakasih kembali buat CahNdeso. Namun sejatinya saya ini hanyalah orang biasa yang suka cangkrukan di warkop mas, sepertinya tidak punya bakat jadi orang penting he.. he.., kecuali takdir Allah bicara lain. Saya ke tempat panjenengan justru dalam rangka berguru. Karena sejatinya ilmu itu bisa datang dari mana saja termasuk panjenengan yang ndeso itu :D. Mudah2 an kapan waktu saya bisa bersilaturahim ke kediaman panjenengan lagi.

    BalasHapus
  3. Wah kalo ke trenggalek main2 juga dong ke rumah saia. baru tahu kalo ternyata banyak juga blogger yang aktif di nggalek. Ayo kapan kita majukan kabupaten kita ini

    BalasHapus

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)