Selasa, 31 Maret 2009

Keterlibatan Anak-Anak Dalam Kampanye : Pendapat Menarik Dari Pak Jimly

Seandainya semua orang menterjemahkan aturan kampanye sekarang seperti yang dilakukan Panwas bahwa seorang yang ingin ikut kampanye harus meninggalkan anaknya di rumah, betapa sulitnya. Lebih sulit lagi jika dia seorang kader partai yang tidak mempunyai pembantu, sementara itu jika dititipkan ke orang lain belum tentu si anak mau kan ? Faktanya, dalam semua kampanye terbuka fenomena anak ikut kampanye tidak bisa dielakkan. Dan karena sudah menjadi keumuman, maka aturan itu hanya menjadi sebuah peraturan saja.

Kemarin malam iseng-iseng buka facebook, dan ada komentar menarik dari pak Jimly, mantan ketua MK, mengenai keterlibatan anak-anak dalam kampanye pemilu. Ada komentar menarik dari beliau :

Banyak yg ributkan soal keterlibatan anak2 dlm kegiatan kampanye. Menurut sdr apa yg salah dg kterlibatan anak2? Yg dianggap melanggar UU bukanlah keterlibatan anak2 sebagai massa pengunjung, melainkan dilibatkannya anak2 oleh panitia dan caleg utk menarik massa dg menjadikannya sbg alat/bahan/objek kampanye spt di panggung dll. Itulah yg dilarang, bukan asal kelihatan ada anak langsung harus dianggap tabu.

Seandainya orang-orang yang terlibat dalam membuat UU berfikir sebagaimana pak Jimly, maka peraturan itu tidak akan menyulitkan. Makanya pilih wakil rakyat sekualitas pak Jimly, agar DPR dipenuhi oleh orang-orang cerdas. Anda tidak memilih, berarti anda membiarkan orang katro jadi anggota DPR.

6 komentar:

  1. Harusnya bukan keterlibatan anak2 aja yang disorot, menimbulkan kemacetan jalan raya juga harus ditindak. Kepentingan orang banyak dikorbankan demi kepentingan segelintir orang yang bersaing menghalalkan segala cara agar memperoleh kursi. Banyak modal dikeluarkan, sehingga jangan heran, langkah pertama kalo terpilih, balik modal dulu. Rakyat pastinya urusan kesekian.

    BalasHapus
  2. #1. Kalau masalah kampanye terbuka mas, jika secara aturan ditiadakan, saya malah lebih senang. Kampanye terbuka menyedot energi dan biaya yang tidak sedikit, seandainya digunakan untuk hal bermanfaat tentu akan lebih berguna bagi masyarakat. Kalau masalah kampanye terbuka ya tentu saja akan ada efek mengganggunya bagi pengguna jalan, kalau nggak ingin ada gangguan sekali lagi dalam aturan, tiadakan saja kampanye terbuka.

    BalasHapus
  3. Dampak dari kampanye terbuka, rapat terbuka atau apapun namanya,
    terhadap calon yang akan dicontreng kurang signifikan.

    Malah cenderung hura-hura saja, apalagi ditambah musik dangdut,
    pop, rock dll, malah bisa menimbulkan keributan.

    Rakyat Indonesia sekarang ini sudah cerdas dan tahu mana yang harus dipilih.

    BalasHapus
  4. salah satu alasan keterlibatan itu adalah orang tua. Mereka yang ikut kampanye cendrung membawa anak-anak mereka karena memang tidak bisa di tinggalkan di rumah. Alasan yang lain adalah karena anak-anak dihitung dalam kampanye. Maksud saya banyarannya....

    BalasHapus
  5. kalau ikut kampanye bertujuan untuk mengetahui progam-program partai, saya kira sudah banyak media untuk mengetahuinya tanpa harus datang ke kampanye...sebenarnya apa sih untungnya dari sisi anak ikut kampanye? Kalau untuk mencari hiburan, apakah nggak ada cara yang lain memberi hiburan ke anak? Menurut saya, kampanye partai-partai di Indonesia masih berbahaya untuk anak-anak, karena sering terjadi tawuran, kebut-kebutan di jalan, apalagi seperti di jakarta, untuk menuju tempat kampanye harus berjuang menerobos kemacetan berjam-jam....apalagi saya lihat di tv ada joged heboh saat kampanye [yang ini tentu bukan PKS....]

    itu menurut saya, lain soal kalau orang tua yang lebih mencintai partai dibanding anaknya, mungkin oke-oke aja diajak iring-iringan di jalan dan teriak-teriak di lapangan...

    BalasHapus
  6. setuju bangets dengan pemikiran pak Jimly. Oh iya, saya salut dengan "PKS Kids Corner" saat kampanye beberapa waktu yang lalu. Mungkin itu adalah pertamakali yang dilakukan oleh sebuah partai dalam sebuah kampanye terbuka

    BalasHapus

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)