Dalam perjalanan ke Madura beberapa waktu lalu, saya terpaksa naik bus kelas ekonomi dengan tempat duduk dan fasilitas seadanya, karena memang tak ada pilihan lain. Namun bukan itu sebenarnya yang menjadi masalah, yang menjadi masalah adalah seorang militer yang "kebal - kebul" dengan rokok kreteknya yang duduk disebelah kiri saya. Nampaknya dia begitu menikmati, dan kami yang disampingnya tersiksa menahan bau asap.
Begitu juga dalam perjalanan saya ke Trenggalek menjelang Idul Adha lalu, sampai saya berpindah tempat duduk dua kali, tapi sebanyak itu pula kaum perokok "mengejar" saya. Kadang posisinya dibelakang, didepan atau disamping saya.
Sebenarnya saya tidak melarang orang lain merokok, silahkan saja, namun jika aktifitasnya sudah membuat orang lain bukan sekedar tidak nyaman, namun juga sesak nafas, maka maaf jika kemudian saya terpaksa ngedumel disini.
Peraturan tidak boleh merokok di bus, seharusnya mulai difikirkan. Diawali dengan menempel stiker, sampai sangsi yang sepantasnya. Sukur-sukur suatu hari nanti peraturan bisa menjangkau tempat-tempat umum.
Di Jakarta, konon telah diberlakukan perda larangan merokok di tempat umum - kalau di tempat khusus silahkan merokok sampai jungkir balik - namun saya sendiri tidak tahu apakah bisa berjalan efektif atau tidak, soalnya saya tidak tinggal di Jakarta.
Saya kira, sudah saatnya difikirkan larangan merokok di kendaraan angkutan umum dalam skala nasional. Sedangkan Surabaya, saya rasa cukup layak untuk meniru langkah Jakarta untuk membuat perda larangan merokok di tempat umum, sehingga udara segar yang pada hakekatnya tidak perlu dibeli itu tidak menjadi mahal.
Jumat, 05 Januari 2007
Mahalnya Udara Segar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ya beginilah nasib orang di negeri malas baca. Walau dikasih bacaan sebesar apapun, tetep aja ndak dibaca apalagi dilaksanakan.
BalasHapusdi jakarta, masih sama aja mas edy. hanya efektif di awal bulan aja. selanjutnya orang-orang itu pada gila kali ya. ngerokok di sembarang tempat. di mal, angkutan umum dll. pernah saya tahan-tahan, wah yang migren kepala saya ternyata. memang perokok pasif lebih bahaya dari perokok aktif ya.
BalasHapus