Rabu, 11 Oktober 2006

Saya dan Tukang Cukur Itu

Tadi sore saya menyempatkan mencukur rambut saya ke seorang tukang cukur langganan, yang kiosnya terletak di pertigaan Jalan Mleto. Sudah lama saya mengenalnya, mungkin semenjak pertama dia buka kios di tempat itu.

Saya memang suka cukur disana, terutama karena orangnya cukup enak untuk diajak ngobrol. Sambil cukur, biasanya kami berbincang santai tentang kemasyarakatan bahkan agama. Wawasannya cukup luas. Bahkan di rak, banyak majalah Hidayatullah yang disediakan bagi yang sedang menunggu giliran, selain Jawa Pos tentunya.

Katanya dulu dia bekerja pada perusahaan yang cukup besar, namun karena PHK, akhirnya dia menekuni pekerjaan sebagai tukang cukur di jalan Mleto itu.

Pernah saya ketemu di sebuah bazar di Asrama Haji Sukolilo. Katanya mampir. Dia memang sering sholat jamaah disana kalau waktu sholat tiba. Dan beberapa waktu setelahnya, saat saya cukur lagi, dia bercerita bahwa kemarin, saat ketemu di Asrama Haji, dia membeli mushaf yang terbagi per juz itu, biar kalau dimasukkan ke saku tidak kelihatan. Katanya, sungkan kalau bawa yang besar, lha wong tukang cukur saja kok gaya bawa-bawa AlQuran :). Dia menginspirasi saya untuk membeli Al Quran yang dipisah menjadi beberapa jilid juga. Hanya, karena per juz itu terlalu tipis, maka saya membeli yang per lima juz. Memang tipis dan tidak kelihatan jika kita masukkkan di saku, dan kita akan leluasa membacanya begitu ada kesempatan.

Membeli AlQuran seperti ini ternyata cukup bermanfaat bagi saya, terutama saat-saat Ramadhan seperti ini, saya bisa mencicil tilawah setelah selesai sholat atau istirahat. Lumayan dapat dua tiga lembar.

Tadi sore saat cukur itu, saya ditanya olehnya, sudah khatam berapa kali mas ?. Saya katakan,"Sudah sekali khatam pak, sekarang sudah menginjak juz 4". Saya fikir bisa mengkhatamkan dalam 15 hari itu hal yang cukup hebat. Lantas saya ganti bertanya , "Bapak ?". Dan jawaban tukang cukur itu mengejutkan saya, "Saya sudah dua kali khatam".

Membaca dua juz perhari saja cukup membuat saya kewalahan, apalagi empat juz seperti dia. Terus kapan dia membacanya ? Katanya, sehabis subuh, disela-sela pekerjaan, sehabis sampai di rumah, dan di malam hari.

Saya kalah.

3 komentar:

  1. Itu 2 Juzz perhari udah plus Artinya? atau sudah faham artinya tanpa melihat terjemahnya?
    Kalau sudah hebat sekali... benar benar belajar dari Mukjizat terbesar di Dunia...

    dan saya kalah.... :(

    BalasHapus
  2. # 2 Juzz hanya tilawah saja, nggak plus cak.
    Jadi, sampeyan masih menang :)

    BalasHapus

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)