Kamis, 19 Oktober 2006

Masjid Ibrahim, Simbol Toleransi Umat Islam ?

Terkadang, kalau waktu saya sempit, saya biasa sholat tarawih di Masjid Ibrahim, sebuah masjid yang berlokasi di sebelah barat kampus ITS. Dulu, sewaktu saya masih kuliah, dan kost di Jalan Gebang Roda, saya biasa sholat disana.

Sholat di Masjid Ibrahim lebih cepat, karena tidak seperti di Masjid ITS, disana tidak ada selingan ceramah. Apalagi di Masjid ITS ada beberapa pengaturan rangkaian kegiatan yang terkadang kurang nyaman seperti sholat Isyak yang dilaksanakan jam 19.00 padahal adzannya sedari 18.40, jadi menunggunya sangat lama. Juga ceramah yang diletakkan sesudah Isyak, bukan sesudah tarawih / witir seperti biasanya.

Tidak seperti tarawih di masjid lainnya, di masjid Ibrahim dilakukan dengan mengakomodasi yang 8 rakaat dan 20 rakaat. Sampai rakaat yang ke delapan, akan ada pengumuman, siapa yang tarawih delapan rakaat dilanjutkan sholat witir tiga rakaat, sedangkan yang dua puluh tiga rakaat istirahat, dan imampun barganti. Setelah witir yang delapan rakaat, maka yang tarawih 20 melanjutkan tarawih dan witir sampai selesai.

Apapun kata orang, saya memandang, apa yang dilakukan Jamaah Masjid ini patut diacungi jempol. Perbedaan pandangan memang harus dihadapi dengan pemecahan, bukan dengan perpecahan.

2 komentar:

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)