Jumat, 19 Mei 2006

Tidak Selamanya Digital Itu Membuat Mudah

Magnetic Phone BookHari ini saya terpaksa pergi ke Kota Gresik untuk untuk meminjam kunci serep rumah agar malam ini tidak tidur di kantor lagi. Dalam perjalanan, saya mencoba menghubunginya via HP. Dan cukup sudah kekesalan saya terhadap benda elektronik itu. Tit .. tit .. tit ..., baterai habis. Berarti saya harus berhenti di wartel terdekat. Ketika saya hendak menelpon, saya baru teringat bahwa nomor HP adik saya ada di address book HP yang kehabisan baterai itu. Terpaksa saya telpon istri yang sedang berada di kampung, menanyakan nomor HP adik saya. Ternyata baterai HP istripun hampir habis karena sewaktu pulang kampung lupa membawa pengisi baterai HP.

Selama ini kita meyakini bahwa hidup di jaman digital membuat segalanya menjadi lebih mudah, namun dalam beberapa kasus ternyata tidak demikian. Cara-cara yang dibilang manual terkadang lebih membuat mudah daripada kita menggunakan alat digital. Jika kita orang yang tertib, saya kita tidak terlalu masalah, namun orang seperti saya yang tidak mau terus menerus memperhatikan baterai HP, tentu menjadi masalah.

Jika HP mati artinya saya kehilangan kontak dengan banyak orang termasuk adik dan istri saya sendiri. Pada kondisi seperti ini, akhirnya saya harus mengakui bahwa secarik kertas lusuh berisi catatan nomor telephon menjadi benda yang lebih berharga dibanding HP. Kertas tidak memerlukan baterai dan biaya pemeliharaan, hanya sedikit space di dalam dompet saja.

Mungkin mulai besuk, saya akan menggunakan kembali cara lama dalam menyimpan nomor telephon, dengan menggunakan sobekan kertas yang saya sebut sebagai phone book itu. Atau, jika ingin lebih keren, nanti bisa membeli magnetic phone book di supermarket, sehingga tidak usah bingung lagi jika kehabisan baterai HP.

Dalam beberapa pekerjaan, terkadang saya juga lebih suka mengambil kertas dan pena. Disana saya lantas menggambar diagram, kerangka web dan sebagainya. Lebih mudah menggunakan kertas di corat-coret daripada menggunakan MS Visio. Biasanya MS Visio hanya saya gunakan sebagai finishing saja jiak konsep telah jadi.

Ternyata beberapa rekan yang bekerja di desain yang suka menggambar diagram-diagrammerasakan hal serupa, merasakan bahwa menuliskan ide diatas kertas adakalanya lebih memudahkan.

Menulis catatan ini, saya teringat dengan posting Iman, yang pernah menulis catatan "Apakah Hidup Semakin Mudah ?". Diparagraf bawah ditulisnya,

Ya benar, teknologi memang sangat berguna. Namun bila saya harus memilih antara buku-buku berbahan kertas dengan buku-buku berupa file-file yang ada dalam PDA atau piranti elektronik lainnya, saya jujur saja akan lebih suka memilih buku dari bahan kertas.

Rasa-rasanya sangat nikmat setelah membaca saya bebas menjadikan buku pribadi saya sebagai bantal atau guling. Ada kenikmatan tersendiri ketika memandangi deretan-deretan buku di rak buku pada ruang tamu saya. Buku-buku yang mungkin selama ratusan tahun ke depan masih akan ada di sana dinikmati anak cucu saya tanpa harus khawatir memback up file ketika akan mengformat PDA atau terserang virus yang berkala menyerang komputer.

Mungkin tidak tepat memperdebatkan antara digital dan tidak digital, antara canggih dan tidak canggih, karena yang paling penting adalah mana yang lebih memudahkan pekerjaan kita.

7 komentar:

  1. ya..ya..
    kadang kalo sudah kehabisan baterai, terpaksa pinjem hp temen untuk ngeliat nomor telpon yang ada di simcard.

    salam kenal pak achedy.

    --budiw

    BalasHapus
  2. Shit happen

    seperti juga ketika sedang listrik mati, kita heboh karena ac tidak bisa nyala, padahal dengan kipas sate juga enak loh, malahan bisa mesra ama pasangan

    lam kenal yah

    BalasHapus
  3. Lah, kok kadingaren pakde edi membicarakan hal seperti ini. Kalau mau ngomongin enak2an mana ya masing-masing punya kelebihan dan kekurangan.

    Seperti istri misalnya, saya memilih istri yang analog saja.

    BalasHapus
  4. HALAH Heri!
    Ngomong-ngomong, suamiku milih punya istri analog dan digital sekaligus.

    Mudah atau tidak mudah, seringkali tergantung pada tema eh, apa yang menjadi subyek pembicaraan. Tergantung kebiasaan dan penguasaan.

    BalasHapus
  5. Lha iyalah Pak, digital atau analog itu kan sekadar alat. Mudah atau tidak kan tergantung siapa yang menggunakannya dan apa keperluannya.

    BalasHapus
  6. yaa begini ini kl kita ketergantungan sama HP... itu makanya saya kadang back-up phone-book HP ke address-book Laptop... :D Jadi kl HP mati ada Laptop buat backup dan liat nomornya, demikian juga sebaliknya...

    Ehhmm tapi... Laptop jg khn digital y... :O Kalo dua2nya lobat... heuleeeeuuhhh... :D

    BalasHapus
  7. digital atau analog dua-duanya berarti seh.. cuma seringnya kalo udah ketemu digital yang analog jadi gak kepikiran, ya.. ada pepatah bilang habis digital, analog dibuang.. :p
    salam kenal pak :)

    BalasHapus

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)