Kamis, 01 Desember 2005

Nasib Bolpoint Dan Sandal Jepit

Adakah hubungan antara pena dengan sandal jepit ? Sebenarnya tidak ada. Tapi, kalaulah kita menghubung - hubungkannya sebenarnya bisa saja. Apalagi kalau kita berlabel pengamat atau politikus. Tentu sangat mudah melakukan hal sedemikian.


Mungkin tidak ada hubungannya, tetapi dia mempunyai kesamaan nasib. Ya, mungkin hampir sama dengan orang kecil apalah namanya, petani, nelayan PK 5, meski profesi berbeda-beda, namun nasib masih tetap sama.

Saya ingin bertanya, pernahkah sampeyan membeli balpoint gara-gara tinta bolpoint sebelumnya telah habis ? Kalau iya anda adalah seorang yang hebat, dan perli dimasukkan ke rekor MURI. Atau anda terpaksa membeli sandal jepit baru gara-gara sandal jepit anda rusak ? untuk yang kedua lebih mungkin.


Kalau saya, rasanya kok belum pernah mempunyai sebuah bolpoint yang sampai habis isinya, kecuali saat SD dulu. Rata-rata sudah hilang setelah usianya seminggu atau bahkan kurang dari itu. Biasa, ada yang mau tanda tangan, terus nggak bawa bolpoint, pinjem, terus kelupaan. Atau waktu kuliah dulu, bolpoint dipinjam teman terus tidak dikembalikan, atau bisa juga saya yang sudah kehilangan bolpoint, pinjam ke teman terus kelupaan juga nggak dikembalikan, dasar ...


Demikian juga dengan sandal jepit. Bisanya jika di suatu tempat ada sandal jepit, mesti barang nan remeh ini dianggap milik umum. Coba saja membawa sandal jepit ke kantor, dan tinggalkan keluar barang sebentar. Belum ada lima menit mungkin barang itu sudah nggak ada. Jika anda telusuri, nanti akan ada di ruangan lain, bisa ruang sebelah, atau di lantai atas.


Beberapa orang menandai sandalnya dengan tulisan permanen dengan mencongkel bagian atas sandal menjadi untaian huruf seperti "Milik Edy". Tapi kelihatannya tidak cukup mempan juga. Barangkali cuma bisa digunakan untuk mengidentifikasi barang, kalau-kalau si empunya teriak-teriak, "Ada yang tahu sandalku ? ", dan biasa, yang membawa juga tidak merasa bersalah, toh hanya sandal jepit.


Saat saya masih tinggal di sekretariat masjid, sering ada kejadian aneh terkait dengan hal ini, seringkali sandal jepit hilang begitu saja, namun esuk harinya sudah ada lagi.


Sangking membudayanya, pernah saya keluar dengan memakai sandal jepit begitu saja dengan tanpa sadar. Tiba-tiba seorang jamaah masjid, lantas berkata, "Mas, saya mau pulang, maaf itu sandal jepit saya". Duh, malunya .......


Karenanya, menghindari menggunakan barang yang bukan miliknya itu perlu, walaupun sandal dan bolpoint yang remeh dan tak berharga. Karena, kehilangan barang remeh temeh ini terkadang cukup merepotkan empunya juga. Kecuali properti itu memang sesuatu yang disediakan oleh komunitas anda. Tetapi mengganti budaya seperti itu memang perlu cukup waktu, dan semuanya bisa dimulai dari diri sendiri.


Sambil mengetik, ternyata tangan saya mengambil krupuk teman sebelah yang lagi menikmati gado-gado. Ah, ternyata krupuk juga termasuk barang remeh yang rentan diambil tanpa ijin.


Wah ....

7 komentar:

  1. Huahaha,

    Untuk bolpen aku sering beli bolpen yang 5000 isi 10 biji, sekalinya ilang langsung comot yg baru lagi. Dan biasanya satu bulan udah habis semua tuh.

    Untuk sanda. aku pilih "Sandal kemana saja", sandal gunung yg bisa buat kemana saja, agak mahal tapi lebih awet serta mudah dikenali orang orang lain.

    BalasHapus
  2. ohhh bolpoin! hahaha, ajaib juga ya, kita sama2 ngomongin bolpen :)

    BalasHapus
  3. untungnya saya termasuk orang yg punya stok bolpen banyak dan nggak lupa untuk meminta balik kalau ada yg pinjam dan nggak ngembaliin.

    soal sendal, di kantor memang selalu begitu. apalagi kalau menjelang shalat, pasti deh harus berpusing-pusing dulu.

    BalasHapus
  4. Dulu saat awal kerja, sudah biasa kalau sholat jum'at di gedung Indosat. Memang cukup banyak sekali jama'ahnya, karena karyawan dari kantor lainpun banyak yang sholat disana (termasuk saya).

    Aku sendiri juga heran, ketika pulang sholat jum'at sering sandal jepit kami raib entah kemana, yg tertinggal hanya sandal yg udah jelek2.

    Akhirnya aku beli lagi 2 pasang aku kasih label : enciety.net dan Alhamdulillah sampai sekarangpun masih selamat :)

    Apa mungkin karena labelnya ya ? :))

    BalasHapus
  5. :) mungkin saya perlu dikasih MURI ya ketika "sekolah" dulu ... he..he.. he.., karena sampai2 kalau disaku saya nggak ada bulpen "PILOT" tuch, temen2 saya langsung nyamperin & bilang "kelupaan ya, pulpennya nya". ya, sebutan manusia pulpen-pun sempat kusandang . . . dan Alhamdulillah, jarang ilang, jadi sering kumerasakan "PILOT"-ku abis . . . .

    Cuman, mulai kerja, emang kebiasaan ini mulai ilang sich, dan muncul kebiasaan baru "kemana ya, musti pinjem pulpen" :))

    BalasHapus
  6. huahahahaha.....untung cuman kerupuk bukan ambil rawon ..... postingan yg menarik Mas :)

    BalasHapus
  7. skrg jarang pake ballpoint. nulisnya di komputer terus sih :)

    BalasHapus

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)