Sesekali mungkin kita pernah mneyaksikan beberapa Reality Show di televisi, dimana kru memberikan rejekinya kepada orang lain yang sangat membutuhkan. Katakanlah semacam uang kaget, rejeki nomplok, bedah rumah, dan sebagainya. Sebagai orang yang berjiwa sosial, tentu ada di dalam perasaan kita keinginan untuk membantu sesama, sehingga orang yang kita bantu merasa bergembira dan tertolong oleh keberadaan kita.
Ternyata, kita sendiri bisa melakukan hal semacam itu dengan memulainya dari hal yang kecil, seperti makan.
Jika kita bepergian, dan perut terasa lapar, dimana kita akan berhenti ? Biasanya diantara rumah makan, warung, depot, kita akan memilih yang paling ramai, yang banyak mobil dan motor berderet di ruang parkirnya. Logikanya, jika warung itu ramai maka mesti layanannya lebih baik, atau rasanya lebih enak, atau tempatnya lebih nyaman.
Nah, sekarang cobalah berfikir lain. Jika kita selalu ke rumah makan yang ramai, darimana rumah makan yang sepi itu mendapat jalan rizekinya ?. Bagaimana dengan karyawannya ?. Dan sesekali (sukur jika seringkali) cobalah mampir ke rumah makan yang sepi itu, dan makanlah disana. Dengan demikian kita telah menolong orang dengan menjadi pintu rezeki baginya. Meski mungkin tak seberapa, tetapi dari cara makan ini, kita tidak hanya berfikir bagaimana kita kenyang, tetapi berfikir pula bagaimana orang lain kenyang. Dan dalam hal ini sebenarnya makan kita telah memiliki dimensi sosial dan mungkin ibadah disamping dimensi membuat perut kenyang.
Dan jika kita ingin yang lebih dramatis lagi, tanyalah kepada penjualnya, "Makanan apa yang paling tidak laku disini mbak ?" dan belilah.
*Terimakasih kepada paman saya di Jakarta atas diskusinya*
hmmmm
BalasHapusSetuju, tapi zaman gini sedikit sekali orang yang demikian ...
BalasHapus