Sebenarnya saya tidak ingin membela orang yang dijadikan tersangka, atau tidak pula saya menyetujui tindakan korupsi sekecil apapun, tetapi melihat kasus Khairiansyah Salman yang tersandung dana abadi umat, kok hati kecil menengarahi adanya ketidakadilan yang diterima Khairiansyah Salman, orang yang membongkar kasus korupsi di KPU itu.
Dilihat dari tuduhan korupsi yang ditimpakan kepadanya, sebenarnya tidaklah terlalu besar. Ada yang mengatakan dia diberi uang transport yang ada tandatangannya disitu sebesar sekitar 4x@10 juta yang sudah dikembalikannya. Tetapi penanganannya sungguh cepat dan bahkan diancam untuk dicekal. Komentar dari Anwar Nasution sendiri, seperti sebelumnya saat Khairiansyah membongkar kasus suap KPU, juga tidak mengenakkan. Saat wawancara di TV kemarin Anwar mempertanyakan alasan Khairiansyah mendapat award. Oke lah, mungkin dia memang khilaf karena seperti yg dikatakan Todung Mulya Lubis memang susah di negara ini untuk tidak kecipratan sampai nol persen.
Kalau benar dana yang dikorupsi itu 700 miliar, maka jika dilihat bahwa dia mendapat 40 juta dari 700 miliar maka dia mendapat cipratan ( 40.000.000/700.000.000.000 ) X 100% = 0.0057% dari dana itu.
Bandingkan dengan penerima DAU yang lain yang jauh lebih besar, yang sampai catatan saya tulis, belum ada tanda-tanda dipanggil kejaksaan :
- Said Sebut Pejabat Penikmat Dana Haji, Taufiq Kamil Kaget
- PP Muhammadiyah Akui Terima DAU Rp 500 Juta
- Menteri Agama Siap Dicopot dari Jabatannya
- Kejagung Jangan Diskriminatif
- 4 Anggota DPR Akan Diperiksa
Dan sebagainya. Untuk mengetahui lebih banyak silahkan cek disini
Dengan melihat fenomena demikian demikian, maka kejagung tidak bisa menyalahkan jika akhirnya publik mempunyai persepsi lain atas kasus itu.
Saya tidak hendak membela Khairiansyah, tetapi Pak Jaksa, saya kok merasa orang yang mendapat dana lebih besar belum mendapatkan penanganan apa-apa. Apakah karena dia orang lemah yang tak mempunyai backing, sedangkan yang lainnya tidak selemah itu ? Hanya gusti Allah yang tahu.
Opini Jawa Pos tadi pagi, ternyata sama persis dengan apa yang ada di perasaan saya.
Berikut kutipannya :
--------------------------------
Sabtu, 26 Nov 2005,
Khairiansyah dan Big Bang Korupsi
--------------------------------
"SETELAH kita mendapat big bang teroris dan big bang narkoba, mudah-mudahan kita dapat big bang koruptor," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono seusai mengunjungi pabrik ekstasi di Serang, 12 November lalu. Dengan gembiranya, dia bersama mengajak rombongan merayakan sukses besar itu di warung Padang pinggir jalan.
Sangatlah patut didukung tekad presiden untuk mendapatkan "dentuman besar" dalam pemberantasan korupsi itu. Tak kalah dengan penjahat narkoba dan teroris, para koruptor terus berhasil membunglon dengan keadaan dan pemerintahan baru untuk tetap menyedot dari botol susu bayi rakyat. Mereka tetap ganas bin rakus sehingga peringkat kita di ranking Transparency International (TI) tetap di posisi negara korup.
Tekad presiden itu tentu bisa diraih apabila kita memberikan semangat kepada masyarakat seluas-luasnya untuk mau berjihad mengungkap korupsi. Harus dipancing munculnya banyak informan yang mau berbicara ketika mereka diperas atau dimintai sogokan oleh siapa pun, terlebih oleh pejabat publik. Tak salah bila banyak yang ingin agar para whistle blower (para peniup peluit) kasus korupsi bisa diberi perlindungan atau juga reward.
Khairiansyah menjadi sangat terkenal ketika menjadi whistle blower kasus korupsi KPU. Kasus KPU memang bukan termasuk big bang pemberantasan korupsi, tetapi tetaplah big karena nilainya miliaran rupiah. Publik pasti gembira atas keberanian Khairiansyah, sang auditor itu. Sebab, Khairiansyah memutus dugaan kuat adanya tradisi main mata dan selingkuh korupsi antara pihak yang diaudit dan auditornya.
Ada ironi besar di sini. Negara tidak kunjung memberikan reward kepada Khairiansyah dan tim yang membongkar korupsi KPU. Pemerintah juga membiarkan ketika Khairiansyah justru dicela atasannya karena tindakannya itu.
Khairiansyah seolah-olah dibiarkan sendirian oleh pemerintah, yang salah satu gembar-gembor utamanya adalah memberantas korupsi. Khairiansyah akhirnya "menyingkir" dan bekerja di Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi (BRR) Aceh. Kegagalan memberikan rasa nyaman buat orang yang bertindak benar.
Apresiasi justru datang dari TI yang memberinya anugerah integritas, Integrity Award. Kelompok ini memang berkepentingan memberantas korupsi dunia, tetapi bukankah seharusnya yang lebih berkepentingan adalah pemerintah? Bukankah seharusnya yang pertama mengapresiasi dia adalah pemerintah karena sikap Khairiansyah klop dengan program mulia memberantas korupsi?
Pemerintahan belum ada tanda-tanda akan mendapat big bang korupsi. Tapi, Khairiansyah, sang whistle blower, sudah tergelincir ke nasib yang ruwet. Aparat pemberantas korupsi rupanya tidak menganggap dia kawan. Namun, justru ditembak lewat lubang kecil dugaan penerima Dana Abadi Umat (DAU) Rp 10 juta.
Di tengah nasibnya yang membingungkan itu, Khairiansyah sangat benar ketika memilih mengembalikan Integrity Award yang diterimanya. Ini memberikan teladan lain karena selama ini, rasanya, belum ada pejabat yang dengan suka rela mengundurkan diri ketika menjadi tersangka, bahkan terdakwa korupsi.
Besarkah dugaan korupsi Rp 10 juta atas Khairiansyah itu? Mungkin besar. Tetapi, jelas dia hanyalah kutil kecil dalam borok akut korupsi di Indonesia. Kini kita sibuk mengobati kutil kecil itu, sementara pengobatan kuman-kuman yang menjarah borok-borok besar di tubuh kita tidak kita prioritaskan.
Penerima DAU lain yang lebih besar, baik itu dari kalangan pejabat atau DPR atau instansi mana pun, tidak menerima gempuran sehebat Khairiansyah itu. Khairiansyah memang harus tetap diusut, tetapi kenapa tidak diprioritaskan kasus-kasus yang lebih besar?
Prioritas pengusutan atas Khairiansyah tersebut, apa boleh buat, akan menjadi efek penjera bagi munculnya para whistle blower yang lain. Pemberantasan korupsi di titik ini sudah gagal mengidentifikasi siapa kawan siapa lawan. Bila membidik ke arah yang keliru itu diterus-teruskan, munculnya big bang dalam pemberantasan korupsi hanya menjadi big daydreaming, Bapak Presiden.
Setelah posting saya melihat ternyata Editorial Media Indonesia mempunyai apresiasi lain terhadap Khairiansyah, yang berbeda 180 derajat dengan jawapos. Apakah memang nilai sebuah berita sangat tergantung dari pimrednya ?
BalasHapusSilahkan lihat disini Editorialnya : Pahlawan atau Hipokrit
Tapi saya lebih cenderung kepada opininya Jawapos, yang melihat persoalan pada frame yang lebih besar. Kalimat yang digunakan Media Indonesia sangatlah kasar, padahal peran Khairiansyah jauh lebih besar dibandingkan besaran dana korupsi yang dituduhkan.
Kalau bermental maling dia akan dapat yang lebih significant dibandingkan dana yang telah diterimanya itu.
Wallahu a'lam
Inilah tempat kita, sebuah negara yang katanya subur makmur gemah ripah loh jinawi, tetapi masyarakatnya miskin semua, bahkan menjadi budak dinegeri sendiri bahkan seorang kawan saya pernah bilang hidup di Indonesia harus menerima predikat selamanya buruh. Ya beginilah, kalau ada orang bik pasti akan dicari-cari kesalahannya, dan kalau ada orang yang nggak baik pasti dicari - cari kebaikannya. Bahkan ada orang yang jelas-jelas koropsi tetapi karena kebaikannya lebih banyak dari keburukannya akhirnya bebas. Sedangkan Khairiansyah yang menerima uang 10 juta saja di sikat habis. Kalau membaca Media Indonesia saya jadi berfikir ada maling tanda tangan surat terima, bukankah itu namanya bunuh diri. Benar - benar penghargaan yang tidak tepat untuk seorang yang baik seperti Pak Khairiansyah Hmm...
BalasHapuskalau saya , tidak memihak pada k salman, jawapos maupun media indonesia.
BalasHapusjelas - jelas k salman itu koruptor, sekecil apapun yg dimakan. Kemudian ketika dia "mencokot" orang lain ya, bisa saja bukan karena dia memang membantu jalannya penyelidikan.
Menurut Der Komissioner Lunge , orang yg paling susah di gambarkan pada saat investigasi adalah : orang yg tidak punya ekspresi walaupun sudah di ceritakan bermacam - macam hal, dan orang yang hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah katapun .
Untuk kasus K. Salman, yang kemudian hari berkoar setelah tertangkap tangan menyuap anggota auidt BPK, dengan mencokot beberapa orang di KPU , itu tentu dengan berbagi pertimbangan.
1. Karena tidak mau kesepian di penjara.
2. Karena adanya tukar tambah masa hukuman ( atau sering di sebut kompromi ) .
3. Karena sadar dan mau membantu pihak peradilan.
Dari 3 alasan diatas, 2 teratas lah yg paling bisa dicermati, walau sering di sebutkan sebagai bag yg ke 3.
Bukan Rahasia umum jika di Indonesia ada sebuah kebijakan kompromi hukuman , yaitu seorang tersangka akan di ringankan hukumannya jika bisa membantu pihak peradilan untuk membongkar sebuah sindikat ataupun kasus kejahatan. Kompromi hukuman adalah hal yg tabu dan dilarang di Jepang.
Jadi sebesar apapun kontribusi K. Salman dalam membongkar mafia koruptor kelas kakap di negeri tercinta ini. Tetaplah dia juga seorang koruptor.
Jika seandainya beliau tidak tertangkap , dan di jebloskan ke sel, tentu beliau tidak akan "bernyanyi" mencokot teman - teman seprofesi.
Sepatutnya seorang koruptor harus di hukum dengan hukuman setimpal, terlepas dia mau membantu pihak peradilan atau bukan. Ya setidaknya jika merasa " kasihan " silakan meringankan. Toh K. Salman pun punya pengacara dari KPU dan dengans edikit angin segar dari kompromi Hukuman.
------------------------------------------------------------------------------------------
Kusaeni.
Tulisan serupa di terbitkan di http://kusaeni.wordpress.com
------------------------------------------------------------------------------------------
#3 Anda benar, tetapi yang saya tekankan adalah kecurigaan saya, mengapa orang2 yang menggunakan DAU dalam jumlah besar yang mengkaitkan menteri dan anggota DPR malah tidak ada beritanya. sementara mereka malah menembak koruptor kelas teri.
BalasHapusTapi kalau yg sampeyan sebutkan ini
Jika seandainya beliau tidak tertangkap , dan di jebloskan ke sel, tentu beliau tidak akan "bernyanyi" mencokot teman - teman seprofesi.
saya belum ada beritanya. :)
salam
yach maksud saya seperti itu, kenapa yang hanya 10 juta di edel - edel tidak karo-karoan, sementara yang lebih banyak dari itu dibiarkan berkeliaran. Bukankah itu bermuatan politis sekali. Kita lihat saja kasusnya di nomor satukan. hmmm.. Sekalian dong jangna hanya yang bermuatan politis yang diperiksa.... tapi semuanya, tinggal ada keberanian apa tidak.
BalasHapusMasalahnya sederhana, karena K.Salman mendapat penghargaan sebagai pahlawan maka noda sekecil apapun akan terlihat besar. Ibaratnya: semakin tinggi pohon, semakin kencang anginnya.
BalasHapusLain halnya dengan koruptor yang lain, di balik itu mereka mungkin akan berkasak kusuk supaya kasus korupsinya dipetieskan dengan memberikan setoran alias menyuap, sama kasusnya seperti Mulyana menemui K.Salman.
Sebel & kesel emang..klo merhatiin kasus ini ya :D Tapi semoga....makin banyak orang2 seperti pak Khairi - meski pernah berbuat kesalahan tapi kemudian bertaubat dan berazzam untuk tetap di jalan yg benar - lahir di negeri kita
BalasHapusbisa jadi dana itu dulu dianggap halal, karena pake kwitansi segala, dan sekarang statusnya berubah jadi 'haram'. jadi khiriansyah kena cekal
BalasHapus???? ??????????? ?? ??????????? ????????? ??? ?????????? ????????? ???????? METRO Cash & Carry ?? ???????? ????????? ???? ???????? ??????? METRO Cash and Carry ?? ??????? ???!?? 4 ???! ?????-??????? ??????? ? ????? ????(???????? ??? ??? ? ????? ???????? METRO), ? ??????????????? ???????, ????? - ?????, ????????? ???????, ????????? ???????????, ?? ??????? ?? ?????? ???? ???????????????? ? ?????????.????? ???????????: ?? ??????? ?????? ? ??????????? ???????.??????????
BalasHapus???????????? ??? ??????????, ?? ???? ??????? ?? ???????????? ? ????????? ???, ?? ????????? ????????, ????? ???????????.
??????? ????? ??????? metro ? METRO Cash and Carry,???????? metro, ????? ??????? ???????? ?????, ???? ????????????? ????? ??? ??? ?????, ???????? ????? ??????, ??????? metro golden mayer, ??????? ????? ?????????,
??????? ????? ??????? ????? ? METRO Cash & Carry,metro cash ??????, metro notebook, ????? ???, ???????? ????? ?????????????, ????? ???????, ????? ???, ?????.??? ??? ?????, metro goldwin mayer,
??????? ????? ??????? ????? ? METRO Cash & Carry,????? ??? ??? ?????, sxema metro, ??????? ????? ?????????? ?????, ???? ???? ????????? ?????, metro ????????, ???????? ????? ??????????????, metro kesh kerry,