Hari sudah sangat sore. Waktu itu tanggal 29 Januari 2004, saya menumpang angkot jurusan Bratang - Gebang. Kebetulan angkot sudah penuh, dan saya akhirnya dijepitkan begitu saja di bagian depan. Ternyata disamping saya adalah seorang angggota TNI yang sedang menuju kontrakannya.
Disepanjang perjalanan menuju gebang itu, ia banyak bercerita tentang dirinya, juga liku-liku hidupnya dan tugas-tugas yang harus dilaluinya.
Dia pernah ditempatkan di Timor-Timur, sebelum lepas dari Indonesia. Begitu pulang, seminggu kemudian diberangkatkan lagi ke Ambon untuk meredam kerusuhan. Belakangan ini, sebelum pemilu ia harus dikirim ke Aceh sampai akhir pemilu kemarin.
Paling tidak itulah liku-liku seorang TNI, yang berkorban banyak hal untuk tugas-tugas berat yang harus dilaluinya, hingga sering berbulan-bulan tidak pernah pulang. TNI adalah alat pemerintah, artinya ia digaji oleh pemerintah untuk menjaga negara dengan nyawa sebagai taruhan. Sebagai orang yang digaji pemerintah, kita mafhum, bahwa gaji mereka adalah sangat kecil dibanding apa yang harus mereka kerjakan.
Di Aceh kemarin, siapakah yang banyak bekerja di lapangan, membantu para korban, mengevakuasi jenazah, membangun tenda, jembatan darurat dan yang terdepan dalam misi keselamatan, tentu aja TNI.
Tapi di negeri ini, TNI sudah menjadi kambing hitam atas segala persoalan, sehingga seakan kita semua buta terhadap apa-apa yang dilakukannya. Dan siapa saja seakan sah untuk menuduhnya dengan seribu satu tuduhan. Praduga tak bersalah yang seringkali digemborkan seakan menjadi tidak berlaku lagi jika jika terhadap TNI.
Belum lama ini, seorang koordinator LSM ketahuan mengambil barang-barang bantuan kemanusiaan di bandara Iskandar Muda dengan tanpa izin. Dan menimbunnya ke dalam berbagai gudang. Dan tentu saja TNI yang mengetahui masalah ini marah, dan memukuli koordinator LSM ini.
Ada beberapa hal menarik yang kemudian terjadi. Banyak orang yang memaklumi apa yang dilakukan oleh koordinator LSM ini dan mengatakan sebagai bentuk kepedulian lah, rekayasa TNI lah, bahkan beberapa orang dan LSM siap mengadvokasi orang ini. Lain halnya dengan TNI, dia dipersalahkan dengan apa yang diperbuatnya. Dia memang salah telah memukuli orang, tapi menangkap "pencuri" barang bantuan, tentu bukan hal yang bisa disalahkan. Toh orang itu mengaku, bahwa ia memang tidak mempunyai izin.
Tapi memang mencari keadilan di dunia itu sangatlah susah. Di dunia ini, hal yang benar bisa dijadikan salah, dan yang salah bisa dijadikan benar. Benarlah kata pepatah, kalau ingin mencari keadilan, carilah di akherat.
Walahu a'lam
achedy........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)