Senin, 12 Agustus 2002

Evaluasi, Antara Alhamdulilah dan Astaghfirullah

Nilai-nilai kesetimbangan adalah nilai yang banyak diajarkan dalam Islam, dan menjadi sebuah nilai yang mewarnai setiap nadi kehidupan. Bagaimanapun kesetimbangan merupakan pilihan terbaik dalam kehidupan. Kesetimbangan yang dibangun sebagai contoh adalah, kesetimbangan jasmani dan rokhani, fikir dan dzikir. bahkan dalam ibadahpun rasul mengajarkan, jangan terlalu sedikit, juga jangan terlalu banyak, yang sedang sedang saja, yang sesuai kemampuan, asalkan Istiqamah. Dan sesuatu yang setimbang memang dapat menjaga keistiqamahan.

Kalau saya selalu mengikuti forum evaluasi, baik dalam evaluasi diri, maupun evaluasi organisasi, selalu saja yang terfikir pada kita adalah dan yang nampak dihadapan kita hanyalah kegagalan. Jika kita mengevaluasi diri yang nampak adalah kelemahan saja, dan tak satupun catatan sukses yang masuk ke dalam history agenda-agenda kita.

Cobalah masuk saja syuronya evaluasi kepanitiaan, nanti yang akan muncul hanyalah keluhan, ketakbecusan, kekurangan dan sebagainya. Sementara itu yang tua-tua [supervisor] juga mengatakan hal senada. Semuanya bicara tentang kegagalan.

Pembicara datang telat, konsumsi tiak sesuai harapan, dana kurang, dsb. Dan tak satupun pujian yang diberikan kepada panitia yang telah bekerja keras memenuhi tuntutan target.

Lalu seharusnya bagaimana ?

Kita telah terbiasa untuk mengucapkan Alhamdulilah pada saat saat kesuksesan, dan mengucapkan Astaghfirullah, ketika menjumpai nilai kesalahan. Tidakkah ini bisa kita gunakan sebagai landasan evaluasi. Kita mengucapkan Astaghfirullah ketika ada kekurangan dalam kepanitian misalnya. Akan tetapi besarkan hatimu denagn mengingat kesuksesanmu, agar tak terjadi keputus asaan dan ucapkan, Alhamdulillah.

Mecermati keberhasilan dalam sebuah kepanitiaan bagi saya sangat penting untuk kita ungkapkan, karena terkadang seseorang akan begitu bersemangat bekerja ketika ia melihat ada nilai keberhasilan dari apa yang dikerjalkannya. Karenanya saya sering mengatakan bahwa apa yang kamu kerjakan ada gunanya ketika banyak orang mengatakan kamu gagal. karena ebenarnya saya hanya ingin membangun keeimbangan. Berkata kamu gagal seringkali hanya akan mematikan motivasi, dan berkata kamu berhasil dalam segala hal akan sering menyebabkan kesombongan yang membuat seseorang terbuai dalam kelalaian. Karenanya menyeimbangkan antara Alhamdulillah dan Astaghfirullah dalam sebuah evaluasi kerja menjadi sesuatu yang dibutuhkan.

wallahu a'lam

[email protected]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)