Rabu, 31 Juli 2002

Membangun 'Sifat Sabar?

Tadi pagi, seperti biasanya, saya mendengarkan ceramah Subuh yang diasuh A?Agym. Materinya tentang keluarga. Akan tetapi hal yang paling menarik adalah ketika ada penelephon yang menceritakan kehidupannya kepada A? Agym. Ia bercerita bahwa ia sangat bersyukur mempunyai istri seperti sekarang ini. Apakah karena istrinya itu sangat cantik ?, atau punya karir bisnis yang hebat ?, ternyata bukan itu. Jawaannya adalah istrinya itu adalah seorang yang sabar.

Ceritanya, beberapa waktu yang lampau, si Bapak ini adalah seorang penjudi, seringkali keluar malam untuk berjudi, dan tentu saja, kalau tidak pulang terlalu malam, ia akan pulang pagi. Istrinya ternyata hanya menasehatinya saja, tidak marah-marah, menasehati dengan sabar saja. Tak pernah dihiraukan apa kata sang istri, akan tetapi si istri terus saja menasehatinya dengan kata manis dan baik, dan hasilnya sekeras apapun karang itu, toh ternyata hancur juga. Ia menyadarinya dan kembali menjadi suami yang baik, dan dia begitu bersyukur, telah mendapatkan istri yang teramat sabar dalam mengingatkannya.

Sabar yang saya tulis dalam judul itu memang sengaja saya kasih tanda kutip, karena maksud sabar itu adalah penampilan sabar, sebagaimana jika seorang ditanya bagaimana gurumu di sekolah, maka ia akan bilang ?Wah, gurunya sabar bu?. Begitulah arti sabar yang saya maksudkan disini, bukan sabar yang terlalu luas pengertiannya.

Bergaul dengan orang sabar memang begitu enak, saya sendiri merasakan, bagaimana saya lebih dekat dengan orang yang bersifat sabar, daripada yang bersifat angker. Saya begitu menikmati bergaul dengan orang yang sabar daripada orang yang angker. Dan saya fikir, kalau di poling, 100 % orang lebih menyukai orang yang sabar terhadap dirinya.

Ayah saya, meskipun bukan seorang ustadz, dan meskipun banyak kelemahannya, akan tetapi saya merasakan, bahwa ayah saya seorang yang sabar. Inilah yang seringkali menyemangati saya ketika saya ada masalah. Selama ini, kalau saya perhartikan, kok nggak pernah saya merasa di marahi ayah saya, meski nilai saya jeblok, meski rangking saya turun, mungkin beliau hanya mengingatkan saja. Inilah yang membuat saya menjadi ? Sungkan? karenanya. Pernah suatu saat saya begitu frustasi dengan kuliah saya, saya merasa kesulitan menyesuaikan diri dengan aktifitas perkuliahan di kampus, dan bahkan sayapun sempat punya niat untuk keluar saja. Akan tetapi kalau mengingat ayah saya, ternyata membuat saya bersemangat kembali. Terus terang, saya tidak tega untuk mengecewakannya.

Begitulah, sifat sabar, ternyata akan memukul kesadaran seseorang, sedangkan sifat keras hanya akan memukul emosi seseorang. Paling tidak itulah yang saya rasakan, entah jika orang lain. Suatu saat, ketika ada kesempatan bertemu dengan KH Abdullah Faqih di Langitan Tuban, hati saya menjadi menjadi sejuk, meski kediaman beliau hanya terbuat dari kayu dan tanpa AC. Demikian pula ketika saya bertemu dengan anak beliau Gus Abdullah, saya merasakan kesejukan pula, hanya karena beliau bertutur kata lembut dan sopan. Bahkan pulang dari sana, saya berniat untuk mengubah penampilan saya, dan pernah berubah beberapa hari, meskipun sekarang kambuh lagi seperti aslinya.

Seorang rekan saya dari Jakarta, sehabis sowan kepada beliau, mendadak penampilannya menjadi lain, tambah soleh, sehingga rekan-rekannya heran, kok penampilannya berubah menjadi sholeh ya, menjadi lemah lembut. Tetapi sayang, hanya berlangsung selama lima hari J. Nah, itulah, kelihatannya memang sifat sabar akan lebih bisa diterima hati seseorang.

Namun, kalau saya melihat fenomena dakwah yang ada sekarang, kelihatannya masalah berpenampilan sabar ini semakin diabaikan. Alasan-alasan membela Islam, seringkali dijadikan pembenaran untuk bersikap kasar, beropini ?nylekit? bahkan menyerang pribadi orang lain yang kita anggap menyimpang dari nilai Islam. Alasan-alasan membela Agama Allah telah kita jadikan rujukan untuk menuding-nuding orang dan menghakiminya. Akibatnya, orang akhirnya melihat bahwa orang Islam yang banyak belajar Agama hanya akan menyebabkan mereka berkarakter keras dan semaunya sendiri. Akhirnya orang tak akan melihat, bahwa orang yang menuntut agama menjadikan ia menjadi sosok baik, yang bisa diteladani. Dan orang awam akhirnya menyimpulkan, ?Belajar agama jangan terlalu tinggi-tinggi?. Dan akhirnya pula orang tua pada takut, ketika tiba-tiba melihat anaknya berjilbab lebar dan ikut pengajian. Kenapa ? karena ternyata diakui atau tidak, orang yang banyak belajar agama, seringkali menjadi tidak ?seramah? orang biasa yang belajar agama ala kadarnya. Karena ternyata, banyak orang yang belajar agama bisanya cuman marah-marah menghadapi banyak persoalan yang tidak benar dalam masyarakat.

Saya sendiri sebenarnya takut, jika saya menjadi bagian dari opini publik itu, yang menutupi keramahan Islam dengan sifat-sifat saya selama ini. Karenanya barangkali saya harus lebih belajar untuk bersifat sabar dan ramah.

Wallahu a?lam.

Edy Santoso
[email protected]

12 komentar:

  1. saya jg pngen sekali jadi orang yang sabar,tapi saya tidak bisa mengkontrol emosi saya

    BalasHapus
  2. sabar yah, sabar...
    hal itu sering sekali saya dengar, mungkin karena banyak sekali kesulitan yg saya hadapi dan beban yg saya pikul. saya sangat ingin memiliki sifat sabar itu sebaik mungkin... namun tetap saja saya masih terlalu emosi... akibatnya orang2 yg ada dilingkungan saya merasa terganggu dg perilaku saya, apalagi raut wajah saya, karena saya tidak dpt menyembunyikan kekesalan/emosi tsb.

    InsyaAllah kita semakin kuat dan semakin pandai dlm mengamalkan sifat Sabar ini.

    BalasHapus
  3. mnrt Imam Ghazali sabar itu tidak ada batasnya. Nah dengan demikian sebenarnya tidak sabar itu tidak bisa ditolerir. ya gak....???

    BalasHapus
  4. sabar it's Ok, cuma Q-ta perlu bisa membedakan bahwa keputusan tindakan yang kita lakukan tergolong bersabar atau hanya menutupi keputus-@sA-an Qta dalam menghadapinya. Jadi, berSABAR bukan berarti kita menerima keadaan dan kondisi yang ada tanpa melakukan tindakan untuk dapat keluar dari masalah yang Qta hadapi, tetapi ber"SHobRuN" berarti kita tetep berusaha untuk menghadapi serta tetap memohon serta bertawakal padaNya.
    BERSABAR DAN BERUSAHALAH KAWAN...!!!!!

    BalasHapus
  5. Asslm......super, kata2 mu sangat menyentuh kawan,apabila banyak orang yang mempunyai pemahaman yang sama tentang sabar seperti anda,mungkin dunia ini akan terasa indah.
    wassalam..

    BalasHapus
  6. Bagaimana si supaya kita bisa menumbuhkan sifat sabar dalam diri kita , ketika kita di hadapkan dalam berbagai masalah ?

    BalasHapus
  7. Alhudulilah .....
    saya sudah bisa menjalani rasa sabar itu...
    walau perlahan2, tapi saya kan terus mencoba tanpa kenal lelah...
    trims....

    BalasHapus
  8. Mengenai masalah sabar saya pribadi setuju dan sangat mendukung pernyataan saudara Edy Santoso. Tapi tentang pernyataan saudara Edy Santoso bahwa : "Kenapa ? karena ternyata diakui atau tidak, orang yang banyak belajar agama, seringkali menjadi tidak ?seramah? orang biasa yang belajar agama ala kadarnya. Karena ternyata, banyak orang yang belajar agama bisanya cuman marah-marah menghadapi banyak persoalan yang tidak benar dalam masyarakat". SAYA TIDAK SETUJU! Karena Islam harus didalami, dipelajari dan diamalkan. Tidak hanya kulitnya saja.Kalau ada orang belajar Islam masih tidak baik, bukan salah Islamnya tapi karena belum faham apa sebenarnya Islam dan bagaimana Islam sebenarnya. Kalau saudara Edy Santoso berpendapat seperti ini mungkin terpengaruh pendapat orang-orang yang tidak suka/membenci Islam. Mudah-mudahan kita selalu dalam bimbingan Nya dan menjadi orang yang sabar, Amin!

    BalasHapus
  9. Assalamu'alaikum..sabar..sabar..sdh ana coba..tp hati ana tetap kesal.susah untuk ikhlas walaupun sudah dijalani, ana dari kecil sll direndahin n dikucilkan org krn miskin..doain ana lebih sabar lahir bathin.syukron

    BalasHapus
  10. Teorinya emang gampang tapi prakteknya susah banget.tapi makasih masukannya mas edi. Mudah-mudahan saya bisa jadi oang yang sabar
    amiiiin.....

    BalasHapus
  11. sabar .......sabar...dan sabarrrrrrrr
    sekarang q ^_^ ! akan belajar sabar akhhhhhh
    mudah2han q bisa merasakan enak nya jadi orang yang sabar,bisa menerima orang walau pun orang itu pernah menyakikti hati kita

    tolong batuan nya yahhhhhh!
    Asalamu`alaikum wr.wb

    BalasHapus
  12. alhamdulillah.....
    sabar sudah menjadi keseharian saya dalam menjalani kehidupan...yang sedang penuh cobaan.....belajar sabar adalah belajar berteman dengan emosi...sehingga kita akan bisa mencapai ikhlas yg sesungguhnya dan dapat sampai tahapan ridho .... memang tidak mudah untuk mencapai sabar yang sebenarnya...marilah kita mulai dengan niat dari hati yang tulus ... maka insya allah yang keluar dari lisan kita setiap kata yang kita ucapkan akan menimbulkan kesejukkan... maka sesungguhnya sabar itu sangat indah

    BalasHapus

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)