Minggu, 02 Desember 2001

Membangun Suasana

Saat saya berjalan-jalan dan diajak makan teman saya, saya mengatakan, “Ah, perut saya lagi mulas, nggak enak makan.” Lalu rekan saya bilang, “paling-paling antum ada fikiran, akh, jadinya nggak enak makan”. Benar juga kata rekan saya itu, saat itu memang saya lagi banyak fikiran.

Begitulah memang, terkadang ada makanan yang enak-enak, tapi apa daya perut kita nggak merasa enak untuk memakannya. Akan tetapi pada suatu kesempatan, terkadang makanannya nggak enak, wong hanya nasi sama sambal saja, toh kadangkala terasa nikmat juga.

Atau dalam hal lain barangkali jika kita mempunyai saudara yang kita tinggal selama beberapa hari, terkadang kita merasa betah berlama-lama di sana, akan tetapi ketika pergi ke saudara yang lain, terkadang sehari saja seperti sebulan, meski barangkali fasilitasnya lebih mewah.

Jadi apa yang sebenarnya membuat enak dan tidak enak itu, apakah fasilitas yang memadahi, atau makanan yang enak, atau uang yang banyak. Ah, ternyata belum tentu juga. Seorang suami terkadang lebih enak dimasakkan istri walaupun hanya dengan nasi sama sambal, daripada di masakkan koki-koki profesional di Mac Donald. Atau saya lebih bisa tidur nyenyak dirumah sendiri yang barangkali terkesan berantakan, daripada di rumah orang lain meskipun mewah.

Menurut saya, yang membuat orang menjadi enak adalah suasana. Suasanalah yang bisa menjadikan sesuatu yang menurut ukuran orang tidak enak menjadi enak, yang tidak nyaman menjadi nyaman. Apalagi yang enak dan nyaman, tentu akan menjadi lebih uenak dan nyuaaaman. Suasanalah yang membikin kita menjadi enjoy dan selalu bergembira dalam melakukan banyak aktifitas, yang menyebabkan hal yang sebenarnya melelahkan bahkan justru menyenangkan.

Saat saya masih tinggal di kontrakan para aktifis, rasanya nggak terlalu berat kalau harus bangun malam, atau nggak terlalu sulit untuk saling bertaushiyah, akan tetapi ketika harus tinggal di kos-kosan umum, ya untuk dapat melakukan hal demikian, tentu harus berusaha dengan suangat keras, karena suasanyanya memang nggak mendukung untuk itu, suasananya kurang mengizinkan saya untuk dengan ringan mengerjakan sebagaimana yang sering saya lakukan di kontrakan aktifis.

Makanya antum barangkali jadi ngerti, kenapa sih kalo ramadhan kok puasa itu nggak jadi lapar. Kok beramal itu jadi lebih ringan. Padahal biasanya nggak loh. Karena barangkali saja suasana di bulan Ramadhan memang mendorong untuk itu.

Jadi barangkali dengan membuat aturan tertentu secara bertahap, atau membuat tempat yang kita huni di tata sedemikian rupa hingga enak dipakai beribadah, merupakan salah satu cara membangun suasana tadi.

Karenanya membangun suasana itu di tempat kita hingga kita akan lebih mudah melakukan kebaikan dengan terasa ringan dan tanpa terpaksa, perlu untuk segera kita fikirkan

Edy Santoso
[email protected]
http://masjidits.cjb.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)