Minggu, 14 Oktober 2001

Pertemuan 19 : Mengenal Manusia bagian I

Sekarang sampailah kita pada topik baru mengenal manusia. Kita akan membicarakan tentang beberapa hal yang terkait dengan manusia, yaitu asal usulnya, bahan bakunya, strukturnya, serta proses keberadaannya, martabatnya, kedudukan dan tugasnya, pedoman dan bekalnya,Tanggungjawabnya, penilaiannya dan alat penilainya dan lain-lain.

Mengapa keberadaan manusia dibahas sedemikian detail, tak lain adalah agar manusia mengetahui darimana sebenarnya ia berasal, dan akan kemana ia harus pergi, dan apa yang harus dikerjakannya dengan posisi yang dimiliki sekarang ini. Ketaktahuan manusia akan dirinya, atau tersesatnya pengetahuan atas dirinya, hanya akan menyebabkan semakin jauh ia dari tuntunan dan aturan hidup yang benar, makin tersesat ia dari cahaya, dan akan tersesat ia dalam kegelapan yang semakin pekat.

Maka ia harus segera mengetahui persoalan ini, agar ia tak tersesat dengan informasi yang terkadang dibungkus dengan hal-hal yang kelihatannya ilmiah dan masuk akal, hingga melepaskan keimanannya , serta bahkan meragukan kandungan Al Qur’an.

Manusia diciptakan oleh Allah, itulah yang dikatakan Allah dalam firmannya yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Dikatakan,” Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,” [2:21].

Jadi manusia, baik manusia pertama maupun manusia selanjutnya adalah ciptaan Allah. Manusia pertama dalam banyak riwayat disebutkan adalah nabi Adam. Secara singkat diceritakan bahwa manusi pertama diciptakan Allah dari tanah, “Sesungguhnya misal [penciptaan] 'Isa di sisi AllAh, adalah seperti [penciptaan] Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: 'Jadilah' [seorang manusia], maka jadilah dia.” [3:59]

Setelah terbentuk sempurna Allah lalu meniupkan Ruh pada Adam, dan menaruhnya di Surga. Bukan itu saja, Allah lalu menciptakan pasangan bagi Adam, lalu mereka menerima perintah dan larangan. Akan tetapi karena terbuai dengan bujuk rayu Iblis, maka Adam yang melanggar aturan Allah lalu diturunkan kebumi. Di bumi Adam bertaubat dan mengakui kesalahannya serta minta ampun kepada Allah. Permintaan ampun adam yang tulus, menyebabkan Allah mengampuni dosa-dosanya, hingga setelah sekian tahun melewati kehidupannya, serta sudah sekian banyak melahirkan keturunannya, maka sesuai dengan sunnatullah, maka meninggallah Adam, dan kelak ia akan menjadi penghuni surga kembali.
Keturunan Adam juga mempunyai proses keberadaan yang hampir sama pula. Dari tanah, saripati tanah, kemudian terbentuklah sperma dan ovum, segumpal darah, daging, tulang, tulang yang terbungkus daging, dan pada 120 hari maka ditiupkanlah ruh oleh malaikat. Lalu ia akan dilahirkan, tumbuh kembang sampai waktu tertentu, kemudian akan mengalami kematian, dan masuklah ia ke dalam alam kubur. Suatu saat ia akan di bangkitkan di padang mahsyar dan terakhir ia akan ditentukan, masuk surga atau neraka berdasarkan amal-amalnya. Allah menerangkan proses keberadaan manusia ini dalam QS 23 : 12-16

“12. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati [berasal] dari tanah.
13. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani [yang disimpan]
dalam tempat yang kokoh [rahim].
14. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang [berbentuk] lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
15. Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.
16. Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan [dari kuburmu] di hari kiamat.”

Demikianlah, Allah telah menerangkan dengan sejelas-jelasnya tentang proses keberadaan manusia, agar manusia mampu merenunginya, serta mengambil pelajaran, bahwa ia hanyalah hamba Allah yang dicipta Allah untuk beribadah kepadanya.

Persepsi-persepsi yang mengatakan bahwa manusia berasal dari sebuah evolusi dari kera, atau bahkan proses selanjutnya hanyalah proses biologis yang berlangsung wajar begitu saja tanpa campur tangan Allah, tentu tidak dapat diterima, karena tidak demikain Allah menceritakan.

Karenanya seorang muslim harus berterimakasih kepada Allah serta menjaga hidupnya agar selalu berhati-hati, karena sebenarnya ia akan menghadapi sebuah konsekwensi yang sangat luar biasa, hidup di surga atau tinggal di neraka.

Wallahu a’lam

[email protected]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)