Barangkali persoalan tersulit dalam amal itu adalah istiqamah. Istiqamah seringkali diartikan dengan “berketetapan hati”, maksudnya tidak akan goyah dalam pendiriannya, selalu tetap dalam amalnya.
Tahun 96 saat saya masih menjadi mahasiswa baru, kajian Jurusan saya mengadakan training ke Islaman , Kajian Islam Intensif, demikianlah namanya. Saat itu saya masih ingat, diantara seratusan mahasiswa yang ikut, maka hanya tinggal 15 mahasiswa yang mengikuti training sampai akhir, dan diantara 15 orang yang mengikuti training sampai akhir itu barangkali tinggal beberapa gelintir saja yang masih mengingat dan selalu teguh dalam mengamalkan semangat training itu. Dan barangkali inilah yang dimaksud dengan istiqamah itu.
Memang tidaklah banyak orang yang bisa istiqamah, karena di perjalanan akan banyak rintangan dan godaan, yang jika ia tidak mempunyai banyak sahabat yang mengingatkan, atau barangkali tidak sering bergaul dengan komunitasnya, maka seringkali ia akan terbuai oleh banyak hal yang ditemui dalam perjalanannya.
Makanya Allah begitu menghargai orang yang beristiqamah, dikatakan “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: 'Tuhan kami ialah Allah', kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada [pula] berduka cita.”
Itulah sebuah kenikmatan tertnggi dalam hidup, ketenangan, ketidakkhawatiran. Kita dapat melihat, betapa jika orang telah terasuki jiwa istiqamah dalam dirinya selalu saja ia dapat membawa dirinya dengan baik dan tenang. Mereka meyakini bahwa allah akan bersama orang-orang yang istiqamah.
Lihatlah betapa ketika orang Chechnya yang tak punya apa-apa itu, harus bertempur dengan orang Rusia yang adi daya dengan persenjataan yang lengkap, maka tak selangkah pula ia mundur, apalagi mengemis-ngemis kepada Rusia. Ia akan mengalami ketenangan yang luar biasa meski harus menghadapi pasukan dengan persenjataan yang sangat kuat.
Lihat pula ketika Amerika mengancam dan bahkan sudah melaksanakan serangan dahsyatnya kepada Afghan, maka para mujahidin dengan tenang menyambut serangan itu. Tidak ada rasa gentar dan takut kalah, ketenangan diberikan Allah kepadanya.
Namun mengapa di Indonesia banyak orang yang begitu khawatir dengan tekanan Amerika, jika Indonesia mengatakan sebuah kalimat sederhana yang dituntut rakyatnya, “Mengutuk serangan amerika atas bumi Afghanistan”, karena para pembesar dan bahkan sebagian pemimpin agama tidak mepunyai jiwa istiqamah itu. Mereka merasa ketakutan dan cemas yang luar biasa, padahal Amerika belum menjatuhkan apa-apa pada bangsa Indonesia. Jika bangsa Indonesia tidak segera mengakhiri konsepsi yang dibangunnya, maka sesungguhnya saya sangat khawatir jika karena ketakutan kemiskinan akibat tekanan ekonomi Amerika, maka akhirnya kita akan menggadaikan haga diri bangsa, juga jiwa kemanusiaan.
Begitulah Allah akan memberika jiwa keberanian, dan ketenangan yang luar biasa kepada stiap orang yang istiqamah, dan akan memberikan rasa takut dan kecemasan kepada orang yang tidak beristiqamah.
Makanya, barangkali kita musti berusaha, agar tetap Istiqamah dalam ber-Islam, dan dalam memupuk keimanan. Kita harus memulainya dari diri kita, keluarga kita, anak-anak kita, istri kita, dan orang yang terdekat dengan kita. Kita tidak ingin bangsa ini akan menggadaikan hargadirinya dan bahkan barangkali keimanannya, hanya untuk mendapatkan sedikit “carrot” hadiah dari Amerika.
“Ditulis sebagai duka yang amat mendalam atas pernyataan pemimpin bangsa dan juga sebagian “pemimpin ummat” yang mengecilkan makna solidaritas Muslim bagi saudaranya di bumi jihad Afghanistan”
Surabaya 12 oktober 2001
Edy Santoso [email protected]
Admin at http://masjidits.cjb.net
Minggu, 14 Oktober 2001
Membangun Sikap Istiqamah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)