Rabu, 13 Juli 2022

Rasional dan Emosional Benefit

Membaca buku Pak Hermawan Kertajaya Marketing in Venus di Bab 3 ada insight penting yang saya kira adalah inti dari buku itu, walaupun saya membacanya belum selesai.


Sebenarnya ini buku lama, namun saya baru sempat membeli dan membacanya sekarang. Namun saya kira isinya masih relevan dengan keadaan sekarang walaupun mungkin harus ada sesikit adjustment.

Rasional benefit mendasarkan pertimbangan pada akal sedangkan emosional benefit mendasarkan pertimbangan pada alasan-alasan yang bersifat perasaan. 

Dunia bergerak dari rasional ke feminis, dari laki-laki ke perempuan, dari rasio ke rasa.

Sampai sekarang pun kebanyakan orang membuat pertimbangan-pertimbangan menciptakan produk berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akal fungsional.

Misalnya ukuran bagi anak yang sholeh adalah yang hafalannya banyak yang bisa membaca kitab, padahal banyak anak yang berperilaku kebuh baik walaupun tidak menguasai hal yg bersifat teknis seperti itu. Artinya dia malah lebih menguasai agama kan?

Ada sekolah yang merasa baik hanya dengan dia punya kolam renang, punya gedung yang megah, biayanya mahal, namun sering lupa pada pertanyaan apakah sekolah di situ orang merasa nyaman? Berat mana keramahan dengan kolam renang?

Itu yang jarang dipikirkan  kebanyakan orang.

Jadi emosional benefit menjadi hal yang lebih penting sekarang. Dan bukan hanya di soal marketing, namun diberbagai soal. Walaupun rasional itu tetap penting loh. Ya setidaknya kalau dulu 80% rasional sekarang 50%. Yang 50% emosional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)