Sabtu, 12 Oktober 2019

Ridha

Manusia adalah makhluk unik. Satu-satunya jenis makhluk yang diciptakan Allah, ditaruh di dunia untuk menjawab ujian.

Level tertinggi dalam menjawab ujian adalah bagaimana cara seseorang mesikapi hidup.

Caranya adalah ridha terhadap takdir Allah. Setiap yang terjadi adalah takdir. Ketika hati menerima apapun ketentuan Allah dengan ridha, maka itulah puncak tauhid.

Allah tidak akan membuat sesuatu secara sia-sia. Dalam rangkaian takdirnya Allah membuat skenario-skenario yang sering tidak dipahami manusia.

Orang yang ridha terhadap takdir dia akan fokus ke masa depan, dan tidak akan menyesali takdirnya, karena setiap takdir pasti mempunyai hikmah. Ridha akan membuat orang menerima takdir-takdirnya.

Saya menyelami hikmah takdir pada kejadian yang terjadi pada saya. Ibu saya stroke, bapak saya buta, pada saat usia emas kehidupan saya untuk mengembangkan karir. Akibatnya saya pulang ke Desa.

Kalau cara berfikir kita pendek, mungkin kita akan protes karena kehilangan kesempatan. Saya harus hidup di desa, dengan akses ekonomi terbatas.

Namun sy tetap menemukan hikmah, bahwa takdir Allah ini selalu baik.

Pertama, posisi saya tidak terlalu penting di kota, karena di kota sudah terlalu banyak orang pintar. Di Desa saya lebih dibutuhkan masyarakat untuk membantu kehidupan mereka, masih bisa berbakti kepada orang tua, mengurus Masjid, yayasan, dsb. Hal seperti ini saya jumpai pada kawan-kawan yang lain.

Kedua, di desa saya masih mempunyai waktu untuk "hidup". Saya tidak hidup dalam kultur kerja yang ketat, sehingga kadang orang tidak mempunyai lagi waktu dalam hidupnya, karena tersedot dalam pusaran perkerjaan.

Takdir selalu baik dalam pandangan orang-orang yg Ridha. Catat itu kawan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)