Senin, 29 September 2014

Meningkatkan "Be" Anak dengan Public Visit Mandiri

Be x Do = Have. Taken from meetupstatic.com
Dalam acara yang sering saya ikuti, terutama dalam forum-forum bisnis, sering saya diberi rumus paten be x do = have .  

Be adalah menjadi, sering diartikan sebagai memantaskan diri, bagaimana membuat diri kita sepantas cita-cita yang kita inginkan. Be bisa diartikan sebagai nilai, sikap, keyakinan, dan preferensi.

Do adalah hal yang dikerjakan dan have adalah hasil yang dicapai.

Dalam konteks pendidikan, maka Be ini menjadi fokusnya, sedangkan do akan lebih banyak dilakukan di kemudian hari.

Be bisa dibangun dengan cerita, membaca buku, melakukan pengamatan, mengunjungi obyek, acara dan sebagainya. Namun mengamati langsung apalagi dengan melibatkan diri dalam sebuah proses tertentu, itu akan membuat be lebih terinternalisasi kedalam jiwa seseorang.

Itu yang menyebabkan mengapa anak seorang pengusaha lebih cenderung menjadi pengusaha, anak pegawai lebih cenderung menjadi pegawai, dan anak pejabat lebih cenderung menjadi pejabat. Karena interaksi secara kesehariannya membuat be anak menjadi berkembang seperti lingkungannya.

Dulu ada konsep seorang menitipkan anaknya ke ulama agar menjadi ulama, ini bisa diartikan orang tersebut ingin membangun be anaknya agar kelak menjadi ulama.

Dalam konteks pendidikan sekarang, banyak sekolah yang mempunyai program Public Visit, berkunjung ke tempat tertentu  agar anak mempunyai pengalaman pada bidang tertentu, seperti topik pelajaran atau value yang ingin diajarkan sekolah pada anak.

Namun saya paham benar, bahwa sekolah sering tidak mampu melakukan program ini secara rutin karena kegiatan ini membutuhkan biaya dan effort yang besar, sementara sering orang tua siswa yang kurang memahami hal ini kurang setuju dengan alasan biaya.

Pada kondisi seperti itu, orang tua bisa mengajak anaknya melakukan Public Visit secara mandiri. Sasarannya bisa bermacam-macam. Tempat usaha, tempat bisnis, pusat pendidikan, tempat latihan, dan bisa juga acara-acara tertentu. Orang tua bisa menjadwalkan dua minggu atau sebulan sekali. Lalu  adakan dialog untuk mengetahui minat dan ketertarikan anak. Apabila kita memang sudah mengetahui minat anak, maka pembentukan be bisa diarahkan ke tempat yang mendukung potensi anak.   

Pusat Robotika ITS


Dulu sewaktu di Surabaya, dan anak saya masih kelas 1 SD,  kalau minggu pagi saya terkadang mengajak anak menyinggahi laboratorium Hidrodinamika, atau bersepeda ke Pusat Robotika yang ada di sebelah timur kampus ITS. Tujuan saya satu, agar anak mempunyai ketertarikan dalam bidang teknologi. Saya juga pernah mengajak anak-anak melihat lomba  KRI / KCRI wilayah Indonesia Timur, di GSG ITS.

Minggu lalu ada kesempatan langka di daerah, kontes robot JSIT Wilayah 3 di SDIT Nurul Fikri Tulungagung. Sayapun tergerak  untuk meningkatkan be mereka di bidang Teknologi dengan saya mengajak anak-anak melihat kegiatan tersebut.

Saya mengajak mereka meningkatkan Be, mereka duduk di depan mengamati.

Jadi jangan hanya memacu anak mengerjakan soal pelajaran, ajaklah mereka meningkatkan be dengan mengunjungi tempat dan even yang berkualitas untuk masa depan mereka ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)