Agak terlambat, tapi tak apalah. Saya ucapkan "Taqabalallahu Minna wa Minkum" kepada penginjung blog ini, Mohon maaf lahir batin. Idul Fitri kali ini tak seperti kemarin, karena diwarnai dengan perbedaan penentuan 1 Syawal. Kalau perbedaan antar negara mungkin masih bisa diterima, namun perbedaan antar tetangga itulah yang membuat Hari Raya kehilangan momentum "Raya" nya. Pemimpin umat begitu mudah berjalan pada relnya masing2, tanpa ada usaha real untuk menyatukannya. Ummat sudah dewasa, begitu katanya. Namun malam itu lain, di masjid dekat rumah orang tua saya, Takmir dan Jamaah dibuat bingung, siapa yang akan ditaati ? Pemerintah mengumumkan rabu, namun pada senin malam itu takbir sudah bersahutan. Takmir dan jamaah dengan latar belakang majemuk sedikit berdebat, ada yang ingin selasa dan ada yang ingin rabu. Yang kasihan adalah sang ustadz muda pemimpin masjid itu, dia berada di posisi yang serba salah. Dalam soal Hari Raya, kita perlu belajar pada orang2 Timur Tengah, sesekular apapun pemerintah, kaum oposisipun tetap mengikuti ketetapan Hari Raya yang dikeluarkan Pemerintah setempat. Hari Raya adalah ibadah Jamai, yang menjunjung tinggi kebersamaan, tanpa itu makna Hari Raya menjadi tak sempurna. Mudah2an kriterita itu segera di selesaikan. Saya tak peduli apakah menggunakan wujudul hilal atau rukyatul hilal, saya hanya butuh adanya kebersamaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)