Ketika teman seorganisasi mengirim sms mengajak rapat, syuro, membayangkannya saja sudah terasa berat dan tentu saja membosankan.
Saya paham, rapat adalah tatkala kita harus siap dengan konsep matang, dibuka dan ditutup dengan formal. Masing-masing orang menyaiapkan laptop, ada juga buku dan catatan. Seorang yang ingin mengungkapkan gagasannya diatur satu-satu berbicara secara bergantian. Serius, struktural, formal.
Namun kemarin, ketika saya membaca Jawa Pos tentang agenda besar mereka memberangkatkan seorang wartawannya berhaji lewat jalur darat, ada satu hal yang unik disana. Bahwa itu adalah ide besar, dan bahwa itu dihasilkan dari perbincangan informal, yaitu ketika tengah malam para redaktur "klesetan" setelah menyelesaikan pengerjaan koran.
Saya, sebagai orang yang hidup berorganisasi sejak SMA paham benar bahwa gagasan kreatif lebih sering muncul dari pembicaraan informal, dimana kepala dalam kondisi rileks dan tak terbebani. Itulah mengapa menurutku, budaya diskusi informal kadang lebih menarik dibanding rapat, workshop dsb. Namun sayang sekali bahwa saya hidup dalam organisasi yang terlalu mengedepankan formalitas dalam segala hal, bahkan tak formalnyapun terasa formal.
Alangkan freshnya jika kata rapat, koordinasi, syuro, itu tak terlalu sering kita gunakan. Lalu kita gunakan istilah ngopi-ngopi atau cangkrukan untuk aktifitas yang setara.
Lebih fresh kan ?
Posted by Wordmobi
Rabu, 07 September 2011
Rapat VS Cangkrukan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)