Rabu, 05 November 2008

Nyoblos Pilgub Jatim

Pilgub JatimSelasa kemarin Jawa Timur mengadakan hajatan pemilihan gubernur tahab 2. Dan sebagai rakyat Jawa Timur yang baik, saya mencoba menunaikan hak dan kewajiban saya itu. Saat ini memang banyak rakyat yang sudah skeptis dengan pemilihan-pemilihan semacam ini, hingga kabarnya lebih dari 40% pemilih tidak menggunakan hak pilih. Demokrasi di Indonesia ini memang masih sebatas eksperimental, coba-coba. Dulu menggunakan perwakilan DPRD, namun banyak yang nggak puas karena nggak emmilih langsung, namun sekarang  semuanya menggunakan pemilihan langsung, namun efeknya rakyat bosan, dan miliaran rupiah di habiskan untuk memilih pemimpin.

Saya sendiri sebenarnya kurang setuju dengan pemilihan langsung di pilkada. Selain menghabiskan uang, juga menghabiskan energi. Belum lagi cost sosialnya. Setiap hari orang mondar-mandir kesana kemari untuk memasarkan calonnya. Rasanya hidup hanya masalah politik. Habis pilgub menyiapkan pileg, dan habis pileg menyiapkan pilpres, habis pilpres menyiapkan pilkada kota ..... nggak ada habisnya.

Rasanya sistem politik yang dibangun di Indonesia ini hanyalah eksperimental yang menghabisken energi. Bukan menghabiskan energi untuk masalah ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Energi habis tersedot di masalah politik.

Tapi apapun, karena inilah sistem yang sedang berjalan, maka saya berusaha mengikuti rule game yang ada.

Proses pencoblosan yang saya ikuti termasuk rumit. Mengambil undangan di Nganjuk, kemudian emncari TPS Umum. Kali ini karena sudah kesiangan TPS di RS Haji sudah keliling ke kamar-kamar, lalu kemudian saya harus ke stasiun Gubeng untuk mencoblos di TPS Keliling kecamatan Tambak Sari, karena di TPS kampung, yang tidak mendapatkan undangan dari kampung setempat tidak boleh mencoblos.

Namun, dirumah masih ada mertua yang belum mencoblos, akhirnya berdasarkan informasi dari seorang rekan, ternyata di TPS 18 Perumdos ITS, kita bisa mencoblos dengan memperlihatkan surat panggilan dari daerah.

Catatan saya pada KPUD adalah bahwa tidak ada sosialisasi tentang teknis pencoblosan sampai di TPS-TPS, sehingga masing-masing TPS mempunyai kebijakan yang berbeda-beda dalam memberlakukan pemilih yang tidak terdaftar di TPS. Selain itu diterbitkannya surat undangan pencoblosan yang mepet dengan hari pencoblosan, sangat menyulitkan bagi buruh migran seperti saya untuk mencoblos.

1 komentar:

  1. awak dhewe gak nyoblos,
    mulai kuliah sampe sa'iki awak dhewe gak tahu
    maneh melok-melok pilih-pilihan.

    sopo ae' sing menang yo ngono-ngono ae'
    bubar pilih-pilihan yo bubar.

    wong milyaran sak ndonyo iki
    kok durung ono yo sing iso menemukan
    sistem yang luwih apik drpd pilih-pilihan kuwi.

    berjuang ae' mulai awak dhewe,
    mugo-mugo iso nulung awake dhewe lan bermanfaat bagi wong akeh. amin.

    BalasHapus

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)