Senin, 04 Agustus 2008

Oleh - Oleh dari Pesantren

Lama saya tidak ngeblog. Hampir-hampir blog ini telah menjadi fosil. Menjadi bagian prasejarah yang tertimbun waktu. Penyakit kebanyakan blogger yang memberi pelajaran, konsisten itu sungguh sulit.

Hari ini ada sedikit waktu, meski banyak pekerjaan masih menunggu, namun waktu setengah jam ini telah saya niatkan untuk menulis blog. Saya 'paku' pantat saya pada kursi, dan tangan saya pada keyboard.

Sabtu Minggu lalu memang istimewa bagi saya. Dua hari itu saya melakukan kunjungan silaturahmi ke sebuah pesantren di Malang, Raudhatul Ulum. Pernah beberapa kali saya melakukan kunjungan ke pesantren, apalagi dahulu saat menjadi pengurus di Masjid Manarul Ilmi. Namun sentuhannya tidak seperti sekarang. Sensitifitas saya dalam memandang Pesantren saat ini mungkin lebih besar daripada saat itu. Itulah, mengapa saya bermaksud untuk menuliskan sedikit catatan tentang pesantren.

Banyak hal dalam pesantren yang bisa kita pelajari, terutama dari konsep kepeduliannya pada pendidikan. Memandang sebelah mata pada pesantren, sebelum anda benar-benar merenungkannya - meminjam Andrea Hirata - adalah kemahatololan yang sungguh luar biasa.

Melihat pesantren adalah melihat sebuah perjuangan akan pendidikan, meskipun persoalan dana, fasilitas, sumber daya menjadi tembok tinggi yang harus ditaklukkan. Saya bangga bahwa saat ini banyak sekolah IT (islam terpadu) dan berbagai sekolah Islam favorit lain dengan berbagai fasilitas dan prestasi yang manakjubkan. Namun yang saya lebih bangga ketika saya menjumpai orang dengan berbagai keterbatasannya, berjuang untuk pendidikan. Karena pendidikan itu sesungguhnya hak semua orang, baik miskin maupun kaya.

Juga, karena saya katanya manusia TI (Teknologi Informasi) - ah siapa yg berkata ? - , maka saya ingin sekali menyumbangkan gagasan saya pada implementasi TI di pesantren. Oh, bukan. Bukan gagasan saya, namun gagasan Pak Onno, Mas Arif Wiryanto, yang ingin saya hidupkan kembali. Pak Onno, Mas Arif, ternyata masih banyak Pesantren yang masih relevan dengan dengan konsep internet yang anda omongkan dulu. Koneksi pakai dial up telephon, dimana untuk mengirim / menerima email kita menggunakan teknologi fetchmail dan sebagainya.

Saya akan membuat catatan serial tentang silaturahmi saya, dalam beberapa posting saya kedepan.

2 komentar:

  1. Yo ngono rek ben akeh amale ilmune di sebarno. Sing jelas murid murid-e diajari murni teknologi informasi ojo disusupi karo teknologi politik yo. :)

    FH

    BalasHapus

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)