Minggu, 25 Mei 2008

Renungan Reformasi

Sudah sepuluh tahun reformasi bergulir, dan sudah ada 4 presiden yang silih berganti menduduki jabatan. Tapi kalau kita mau jujur keadilan dan kesejahteraan itu tak juga kunjung datang. Kita dulu saat reformasi menghendaki adanya perubahan kepemimpinan dan sistem. Kepemimpinan sudah berubah, sistem pun sudah berubah, kebiasaan dalam berbangsa berubah, namun satu yang tidak pernah berubah, kesejahteraan masyarakat, padahal itukan tujuan bangsa ini, membentuk masyarakat adil makmur sejahtera.



Kalau kita mau jujur, apa yang telah dihasilkan dari reformasi ini ? Kalau saya lihat kasat mata ya munculnya banyak parpol, kebebasan pers, kebebasan menyampaikan pandapat. Tiap hari kita disuguhi sikap saling fitnah, saling mencari keuntungan sendiri, anarkhisme. Rendah hati, sopan santun, rasa menghargai dan potensi kebaikan negri ini seolah pergi dan tertanggalkan satu persatu.


Otonomi daerah yang sampai tingkat kabupaten yang seharusnya makin memakmurkan rakyat, malah menjadi ajang pemborosan dan buang-buang duit. Berapa miliar uang yang dikeluarkan untuk pilkada. Belum lagi social cost nya, dimana suasana saling menjatuhkan, demonstrasi anarkhis dan berbagai ketegangan seolah silih berganti tanpa henti. Dalam persoalan otonomi saya setuju dengan pendapat bang Yusril, Otda itu hanya sampai tingkat propinsi saja. Pilkada itu juga sampai tingkat propinsi saja. Toh kenyataannya dilipih sama rakyat atau DPRD juga hasilnya sama saja. Coba tunjukkan apakah kehidupan rakyat semakin baik. Capek tiap hari dengerin konflik pilkada lebih dari 400 kabupaten itu. Kalalu kita ngomong pilkada, saya setuju Yusril, okelah untuk tingkat propinsi, sehingga jadi negara kesatuan yang mirip-mirip federasi.


Berbagai pilkada juga tak menambah pintar masyarakat soal demokrasi. Kalau tetangga sebelah ngomong, mana yang ngasih duit besar, itu yang akan saya coblos. Akhirnya masyarakat milih bukan berdasarkan kapasitas, namun cuma keuntungan sesaat. Orang lapar mana punya idealisme.


Kalau empat presiden berganti, lantas suasana nggak ada peningkatan, terus apanya yang salah ? Apakah empat presiden beserta teamnya nggak mampu semua ? Saya kira tidak. Saya kira jika saat ini kita mengganti presiden dengan yang baru, saya yakin hasilnya tak akan berbeda. Berarti apanya yang salah ? Kalau saya bilang sistemnya.


Sejak Orba di runtuhkan, kemudian berbagai UU dan bahkan UUD diganti dan direvisi, saya melihatnya lebih sebatas exsperimen. Ketika saya mengatakan kepada teman saya, bahwa di UUD 45 ada kata-kata 20% angaran pendidikan dia nggak percaya, masak sampai seteknis itu UUD. Kalau ditambahkan angaran kesehatan 20% anggaran perumahan 20% apa akhirnya nggak akan jadi APBN ?


Saya melihat sistem reformasi yang dibangun dalam suasana euforia ini tidak matang, karena cuma bisa menghasilkan,


Pertama, tidak ada kepemimpinan yang kuat, semuanya mempunyai kekuasaan setara sehingga pengambilan keputusan sangat lamban dan mungkin sulit.


Kedua, semangat reformasi hanya mengedepankan kebebasan, dan sangat tidak menghargai pengaturan. Pornografi, anarkhisme, pecah belah jadi makanan hasil kebebasan.


Ketiga, semangat persatuan sangat lemah. Banyak orang pinter, namun jika dipertemukan nggak mampu membuat sebuah produk, karena masing-masing masih berangkat dari kepentingan individu / golongannya. Lebih banyak semangat menjatuhkan, daripada membangun.


Saya memohon kepada para pemimpin negri, para wakil rakyat, para konseptor dan pemikir, anda diberi amanah oleh rakyat, mudah-mudahan tersadar dan bisa memperbaiki semuanya. Namun jika tidak, sudahlah rusak aja semuanya. Karena Allah akan semakin cepat mengganti anda semua dengan kaum yang kuat, amanah dan solid yang akan membawa negeri ini ke dalam alam kebaikan.

2 komentar:

  1. Assalamu'alaikum..
    salam kenal (lagi) hehe, pa kabar nih akhedy ?
    lama gak kontak, ketemu di Blog - muslimblog.com :D

    met berjuang
    Wass.
    Bheri

    BalasHapus
  2. percuma berharap pada pemimpin di negeri tercinta ini,

    yang penting kerja aja yang keras, cari duit yang banyak,
    so urusannya bakalan akan beres.

    setelah uang banyak, terus pensiun dini,
    beribadah mempersiapkan kematian.

    ngapain berharap pada orang lain, apalagi para pemimpin.

    BalasHapus

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)