Sabtu, 01 Maret 2008

Apakah LSF Perlu Dibubarkan ?

Tadi pagi ada yang cukup menarik di TV1, yaitu perbincangan tentang perlu tidaknya LSF dibubarkan. Pembawa acara memulainya dengan mewawancarai dua orang mahasiswa yang melintas disamping studio, dan keduanya mengatakan bahwa LSF itu masih perlu. Saya mencoba mendengarkan dari awal sampai akhir penjelasan Riri Reza tentang apa yang ada di kepalanya terkait dengan usulan pembubaran LSF. Meskipun saya mengikuti penjelasannya dari awal sampai akhir, jika saya ditanya apakah LSF masih perlu, maka tetap akan saya jawab masih.

Masih banyak yang tidak jelas dengan penjelasan Riri terkait dengan alternatif jika LSF dibubarkan. Masih sebatas pandangan global yang tidak terlalu jelas teknisnya nanti seperti apa. Dalam penilaian saya mereka egois pada kepentingan mereka sendiri, dan tidak terlalu peduli pada konsumen, karena realitasnya di Indonesia ini segmentasi tidak bisa berjalan sama sekali. Lha video selingkuh yang disembunyikan aja bisa beredar dimana-mana, apalagi sebuah film ? Apakah nantinya bung Riri bisa menjamin bahwa sebuah film memang hanya bisa ditonton oleh segmentasinya ? Jangan-jangan nantinya anda hanya akan melemparkan tanggung jawab kepada orang tua, Lembaga Konsumen, Masyarakat, terus masyarakat juga masyarakat yang mana. Masyarakat kita yang peduli hal-hal kayak gini hanya segelintir bung. Kita itu di Indonesia yang urusan perut saja sudah menyita perhatian, bukan di negara maju yang sudah konsen pada masalah-masalah seperti ini. Mungkin apa yang ada di fikiran Riri bisa kita terapkan jika kita sudah menjadi negara maju yang kebanyakan orang mempunyai kesadaran hukum semacam Riri. Di Indonesia ini biasa bung, jika ada orang yang tak setuju maka paling yang bicara hanya dua orang. Lainnya pada nggak ngeh, dan nggak tahu cara protesnya.

Melihat gugatan beberapa orang perfilman yang sangat ingin meniadakan sensor, menggelitik pertanyaan dalam hati saya, sebenarnya apa yang disensor selama ini. Jika LSF atau pihak Riri membeberkan bagian-bagian yang disensor itu, mungkin lebih gampang kita memhami persoalannya.

Salah satu alasan Riri bahwa usulah pembubaran LSF adalah karena ketidakadilan dimana TV dan Pers bisa tanpa sensor, saya kira itu terbalik. Mestinya justru lembaga sensor itu diadakan pula untuk TV dan Pers. Mengenai apa yang harus disensor, mungkin disinilah materi diskusinya, bukan membubarkannya. Namun untuk konten pornografi dan sadisme saya kira sudah tidak ada nilai tawarnya.

Saya salut dengan bang Dedi Mizwar. Dia buat film yang berkualitas. Dan dia tidak takut dengan LSF. Karena, apanya yang harus di sensor.

1 komentar:

  1. bener tuch, kl dibubarkan jadi tambah gak ada pengawasan,... parah jadinya.

    setuju om ...., saya mau liat bagian yang di gunting oleh LSF itu seperti apa ? .... kasih kan ke masyarakat ..... biarkan masyarakat menilai.

    BalasHapus

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)